Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Inflasi Hijau: Definisi, Dampak, dan Contoh di Banyak Negara

KOMPAS.com - Inflasi hijau adalah kata yang barangkali masing cukup asing di telinga sebagian orang. Istilah ini memamg terbilang baru di Indonesia.

Bila mengutip laman Philonomist, arti inflasi hijau mengacu pada kenaikan harga bahan mentah dan energi sebagai akibat dari adanya transisi hijau.

Disebutkan bahwa dengan adanya inflasi hijau, ada kenaikan harga-harga barang maupun jasa yang sifatnya jangka panjang, seiring dengan banyaknya upaya pemerintah di berbagai negara untuk memenuhi komitmen lingkungan.

Komitmen lingkungan dalam inflasi hijau adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas penggunaan energi terbarukan, mengurangi polusi atau pencemaran, pengurangan karbon, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, dan usaha-usaha lainnya terkait perbaikan lingkungan hidup.

Sederhananya, dengan meningkatnya pengeluaran biaya untuk teknologi yang lebih ramah lingkungan, tentu saja secara tidak langsung akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang atau jasa terkait.

Inflasi hijau terjadi karena teknologi, bahan baku, maupun energi yang digunakan yang mengedepankan ramah lingkungan memang lebih mahal. Misalnya saja, listrik yang dihasilkan dari pembangkit panel surya lebih mahal dibandingkan dengan listrik yang diproduksi dari batu bara.

Contoh inflasi hijau

Contoh inflasi hijau adalah penerapan pajak karbon. Pajak ini menyebabkan harga bahan bakar naik. Hal itulah yang sempat memicu gerakan protes Rompi Kuning di Prancis pada tahun 2018.

Contoh lain inflasi hijau adalah kenaikan harga bahan baku litium. Harga litium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik meningkat sebesar 400 persen pada tahun 2021.

Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, sementara permintaan litium diperkirakan akan meningkat sebanyak 40 kali lipat pada tahun 2040.

Hal yang sama berlaku untuk aluminium, yang digunakan untuk menghasilkan energi surya dan angin, yang harganya naik dua kali lipat antara tahun 2021 dan 2022, dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Tren ini juga diperkirakan akan bertahan lama, karena China, yang memproduksi 60 persen dari seluruh aluminium, telah memutuskan untuk membatasi produksi pabrik baru yang berpolusi tinggi, untuk mencapai pengurangan karbon.

Mengapa perlu inflasi hijau?

Konsep inflasi hijau menyoroti perubahan dalam pola konsumsi dan produksi yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, polusi, dan emisi gas rumah kaca.

Ini bisa melibatkan penggunaan teknologi yang lebih bersih, investasi dalam energi terbarukan, praktik pertanian organik, dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

Peningkatan harga barang dan jasa yang terkait dengan praktik dan produk ramah lingkungan dalam konsep inflasi hijau dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain:

1. Permintaan konsumen

Semakin banyak orang yang sadar akan dampak lingkungan dari keputusan konsumsi mereka, semakin besar permintaan untuk barang dan jasa yang ramah lingkungan. Permintaan yang meningkat ini dapat menyebabkan kenaikan harga karena peningkatan dalam pasokan barang dan jasa tersebut.

2. Regulasi lingkungan

Pemerintah yang menerapkan regulasi yang lebih ketat terhadap polusi dan penggunaan sumber daya dapat mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik dan teknologi yang lebih bersih. Perusahaan mungkin perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mematuhi peraturan baru ini, yang dapat tercermin dalam harga produk mereka.

3. Teknologi hijau

Inovasi teknologi yang berfokus pada efisiensi energi, daur ulang, dan penggunaan sumber daya yang lebih berkelanjutan dapat menjadi lebih mahal dalam pengembangan dan produksi awalnya. Harga produk-produk ini mungkin lebih tinggi karena biaya penelitian dan pengembangan yang terlibat.

Meskipun dalam beberapa kasus inflasi hijau dapat menyebabkan kenaikan harga, konsekuensi jangka panjangnya dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mempromosikan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Oleh karena itu, konsep inflasi hijau sering kali dilihat sebagai bagian dari transisi menuju masyarakat dan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Dampak inflasi hijau

Inflasi hijau dapat memiliki dampak yang beragam, baik positif maupun negatif, tergantung pada konteks ekonomi dan implementasi praktik yang ramah lingkungan. Berikut adalah beberapa dampak potensial dari inflasi hijau:

1. Peningkatan investasi dalam teknologi hijau

Dampak inflasi hijau adalah dapat mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan inovasi baru dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

2. Pengurangan emisi dan dampak lingkungan

Praktik dan teknologi yang lebih ramah lingkungan dapat membantu mengurangi emisi polutan dan dampak negatif lainnya terhadap lingkungan. Misalnya, penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi polusi udara.

3. Peningkatan kesadaran lingkungan

Dampak inflasi hijau adalah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Ini dapat mendorong perubahan perilaku konsumen dan permintaan untuk produk dan layanan yang lebih ramah lingkungan.

4. Peningkatan biaya produksi

Implementasi praktik dan teknologi yang ramah lingkungan sering kali memerlukan investasi tambahan dan biaya operasional yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi dan, akibatnya, kenaikan harga produk bagi konsumen.

5. Peningkatan kesenjangan ekonomi

Jika biaya produksi yang lebih tinggi terkait dengan praktik hijau tidak disubsidi atau disebarkan secara merata, ini dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi antara perusahaan yang mampu mengakses teknologi hijau dan yang tidak mampu.

6. Penurunan daya beli

Kenaikan harga sebagai hasil dari inflasi hijau adalah dapat mengurangi daya beli konsumen, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Ini dapat mempengaruhi akses mereka terhadap barang dan jasa, termasuk barang dan layanan yang ramah lingkungan.

Dalam pengembangan kebijakan dan implementasi praktik hijau, penting untuk mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh, termasuk dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dengan demikian, langkah-langkah dapat diambil untuk meminimalkan dampak negatif sambil memaksimalkan manfaat positif dari transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Jadi sudah paham kan apa itu inflasi hijau? Dari penjelasan di atas, arti inflasi hijau adalah meningkatkan harga-harga akibat adanya upaya transisi menuju tren ramah lingkungan.

https://money.kompas.com/read/2024/03/16/100213726/apa-itu-inflasi-hijau-definisi-dampak-dan-contoh-di-banyak-negara

Terkini Lainnya

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke