Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biomassa Batang Singkong dan Karet Dikembangkan di Lampung

JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) terus membangun ekosistem biomassa di Tanah Air. Kali ini Lampung jadi lokasi pengembangan biomassa batang singkong dan karet.

Untuk mewujudkannya, PLN EPI menggandeng PT Rindang Asia Energi (RAE). Kerja sama keduanya diteken pada 16 Mei 2024 lalu.

"Saat ini sedang dilakukan pilot project pengolahan limbah batang singkong menjadi biomassa serbuk untuk co-firing PLTU," kata Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara melalui keterangannya, Rabu (22/5/2024).

Ia menambahkan, kerja sama PLN EPI dan PT RAE dalam Nota Kesepahaman mencakup sinergi penyediaan biomassa ke PLTU di luar wilayah Lampung melalui moda transportasi darat dan laut.

Serta, untuk memperbesar skala sinergi dalam pengembangan ekosistem, bisnis, teknologi, pengelolaan, pemasaran dan pemanfaatan biomassa atau bioenergi dengan mengoptimalkan limbah atau residu pertanian, perkebunan, kehutanan.

"Dengan memanfaatkan residu dan limbah pertanian perkebunan, maka akan terjadi pengurangan emisi yang berasal dari limbah atau residu pertanian perkebunan yang membusuk karena ditimbun atau dibakar, di hilir akan mengurangi emisi PLTU karena substitusi sebagian batubara ke biomassa," kata Iwan.

Ia menambahkan, dalam membangun ekosistem biomassa diperlukan keterlibatan masyarakat dengan melakukan pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi di lahan kritis dan marginal. Hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon oleh tanah dan tanaman.

"Pelibatan masyarakat tani untuk penanaman tanaman pakan ternak di lahan marginal telah berjalan di beberapa lokasi seperti di Gunung Kidul, Cilacap, Tasikmalaya, Pulau Kundur di Kepri, dan wilayah lainnya,” imbuh Iwan.

 

Diharap dapat meningkatkan kesejahteraan warga

Selaras dengan Iwan, Direktur Utama PT RAE Husni Thamrin mengatakan bahwa pihaknya siap bersinergi dalam pengembangan pasokan biomassa yang bersumber dari residu tanaman pertanian perkebunan yang selama ini bertumpuk begitu saja.

"Kami sepakat untuk menyediakan pasokan biomassa yang berasal dari produk samping perkebunan seperti serbuk dari batang singkong, bonggol jagung, sekam padi, karet, limbah pengolahan coklat, kelapa sawit dan produk lainnya yang berbasis pemberdayaan dan atau keterlibatan masyarakat,” ujar Husni.


Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Bambang Sumbogo, yang turut menyaksikan penandatangan MoU ini mengatakan bahwa sumber energi biomassa ini sangat berlimpah. Pelabuhan di Lampung dapat digunakan untuk pengiriman ke PLTU lain manakala kebutuhan di Lampung telah tercukupi.

"Kami berharap pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan ini akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, selain juga berkontribusi dalam penurunan emisi melalui program co firing PLTU. Infrastruktur perhubungan di Lampung sangat siap mendukung hal tersebut", pungkas Bambang.

Sebagai informasi, kebutuhan biomassa untuk campuran batu bara untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup diprediksi terus meningkat dari 2024 ke 2025.

Pada 2024, kebutuhan biomassa untuk 47 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup diestimasi akan meningkat hingga 220 persen.

Dengan demikian, kebutuhan biomassa untuk co-firing batu bara tersebut menjadi 2,2 juta ton tahun ini, sementara sebelumnya pada 2023 sebesar 1 juta ton.

https://money.kompas.com/read/2024/05/23/150527526/biomassa-batang-singkong-dan-karet-dikembangkan-di-lampung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke