Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Mendiang Tanri Abeng Berantas Korupsi Sedemikian Parah di Garuda

Kompas.com - 23/06/2024, 16:30 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Menteri BUMN pertama Tanri Abeng telah tutup usia. Dalam perjalanannya sebagai menteri, Tanri telah banyak membuat perubahan di perusahaan-perusahaan pelat merah.

Tanri Abeng sendiri menjabat sebagai Menteri BUMN mulai 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 di Kabinet Pembangunan VII. Saat itu, kementeriannya bernama Kementerian Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara.

Tanri Abeng mengawali keriernya sebagai birokrat dan pengusaha nasional benar-benar dari bawah. Ia lahir dari keluarga yang sangat sederhana di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 7 Maret 1942.

Karir profesionalnya dimulai saat ia mengikuti program management trainee Union Carbide Amerika serikat, kemudian menjabat sebagai manager keuangan perusahaan tersebut (1969-1979) yang berlokasi di Jakarta.

Baca juga: Tanri Abeng Tutup Usia, Jusuf Kalla: Kita Kembali Kehilangan Tokoh Besar

Selanjutnya, ia juga pernah menjabat sebagai Direktur PT Union-Carbide Indonesia, Direktur Agrocarb Indonesia, Direktur Karmi Arafura Fisheries (1971-1976) dan Manager Pemasaran Union Carbide Singapura (1977-1979).

Kariernya terus menanjak, dirinya pernah menjadi pucuk pimpinan tertinggi PT Perusahaan Bir Indonesia (Indonesian Beer Company) yang mereknya terkenal dengan sebutan Heineken.

Sepak terjangnya berlanjut ketika pindah ke Bakrie & Brothers, sebagai CEO pada 1991. Saat berkiprah di perusahaan ini, ia dijuluki sebagai 'Manajer Rp 1 Miliar', sebab dirinya mendapat bayaran sebesar itu ketika memimpin perusahaan milik Aburizal Bakrie tersebut.

Bersih-bersih korupsi Garuda

Tanri Abeng juga dikenang karena keberaniannya melakukan pembersihan praktik korupsi di tubuh perusahaan-perusahaan BUMN, salah satu Garuda Indonesia.

Sempat mengalami masa keemasan pada tahun 1980-an saat dipimpin Wiweko Soepono, Garuda pada tahun-tahun berikutnya mengalami kemerosotan karena praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).

Baca juga: Profil Tanri Abeng, Mantan Menteri Era Soeharto-Habibie yang Meninggal Dunia

Seperti diberitakan Harian Kompas, 10 September 1998, KKN begitu menggerogoti dua maskapai penerbangan pelat merah, yaitu Garuda Indonesia dan Merpati.

Tanri Abeng membeberkan, khusus di BUMN Garuda Indonesia, dapat dihemat sekitar 18,27 juta dollar AS per tahun atau sekitar Rp 27,1 miliar per tahun apabila delapan kerja sama operasi (KSO) berbau KKN di lingkungan Garuda dihilangkan.

Kerja sama memberatkan Garuda

Menurut dia, ada delapan kerja sama operasi (KSO) yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan Garuda selama rezim Orde Baru atau Orba.

Pertama, yakni pengalihan pengelolaan gudang kargo kepada PT Angkasa Bina Wiwesa (ABW). ABW, menurut catatan Kompas, merupakan usaha milik adik mantan Presiden Soeharto dari lain ibu satu bapak, Martini Tubagus Sulaeman.

Dari pengelolaan pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta itu, pihak ABW setiap bulan dapat meraup pendapatan Rp 6 miliar, tetapi hanya Rp 300 juta yang diterima Garuda Indonesia.

Sedangkan biaya operasional, pemakaian gedung, telepon, dan listrik dibebankan kepada Garuda.

Baca juga: Kesamaan Krisis Corona dengan 1998 Versi Tanri Abeng

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com