Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Internet Satelit Elon Musk Starlink Hadir di Indonesia, Operator Telko Sebut Siap Berkompetisi

Misalnya saja, potensi ancaman siber untuk Indonesia. Potensi ini bisa terjadi sebab internet ini berbasis satelit, yang bisa menjangkau "remote" area atau daerah terpencil.

“Adapun yang perlu diperhatikan untuk layanan Starlink ini adalah karena bagaimanapun Starlink adalah perusahaan asing,” ujar Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber (CISSReC) Pratama Persadha melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (22/5/2024).

Potensi ancaman selanjutnya adalah dari sisi harga. Saat ini Starlink di Indonesia dipasarkan dengan harga promo yang 40 persen lebih murah. Layanan Starlink yang lebih murah juga dapat mengancam kelangsungan bisnis operator telekomunikasi.

Walaupun demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengatakan, semua operator lokal harus siap berkompetisi atas hadirnya layanan internet asing Starlink.

"Ya semua harus berkompetisi. Lebih murah (tarif Starlink). Nanti dengan ada Starlink komunikasi kita di daerah-daerah terpencil itu akan sangat bagus, jadi nanti masalah kesehatan, pendidikan, itu saya kira akan sangat-sangat banyak terbantu,” kata Luhut dalam keterangannya usai acara Press Conference Ekspedisi Bersama Indonesia - OceanX di Bali, Rabu (15/5/2024).

Berdasarkan website resmi Starlink, harga paket layanan termurah sebesar Rp 750.000 per bulan untuk layanan residensial. Jika dibandingkan dengan paket internet operator, harganya berbesa. Misal, berdasarkan website resmi XL Axiata, layanan internet rumah XL SATU dibanderol sekitar Rp 259.000 sampai Rp 369.000 per bulan.

Operator telko Tanah Air siap berkompetisi

Para operator telekomunikasi mengaku tidak merasa terganggu dengan kehadiran Starlink. Tiga pemimpin operator telekomunikasi di Indonesia, seperti PT Telkom Indonesia Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT XL Axiata Tbk mengaku siap berkompetisi.

Indosat Ooredoo Hutchison

President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha menyambut baik masuknya layanan internet Starlink milik Elon Musk yang baru saja diresmikan. Dia bilang, hadirnya pemain baru melalui teknologi satelit bisa membantu penetrasi internet di pelosok Tanah Air.

“Kami menilai, ini bukan merupakan kompetisi. Indosat melihat ini ada pemain baru yang hadir dengan teknologi seperti satelit akan membantu percepatan ke daerah-daerah pelosok,” kata Vikram di Jakarta, Selasa (21/5/2024).

Telkom

Sementara itu, Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia Bogi Witjaksono mengaku tak khawatir dengan masuknya Starlink ke pasar Indonesia. Menurut dia, kedua perusahaan memiliki value bisnis yang berbeda, sehingga Telkom tidak khawatir akan kalah bersaing.

“Untuk Starlink, kami dalam hal ini tidak khawatir karena memang value-nya berbeda dibandingkan dengan selular maupun Indihome atau fix broadband,” ujarnya dalam konferensi pers usai RUPST di Four Season Hotel Jakarta, Jumat (3/5/2024).

XL Axiata

Senada, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir juga menilai saat ini biaya layanan yang ditawarkan Starlink masih lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya layanan yang ditawarkan XL Axiata.

"Harganya beda kan. Kalau mereka ini sekarang Rp 750.000 yang paling kecil (murah)," ujarnya saat ditemui di XL Axiata Tower, Jakarta, Jumat (3/5/2034).


Upaya KPPU memitigasi potensi kerugian operator telko

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan akan mengawasi layanan penyedia jasa internet (PJI) berbasis satelit Starlink di Indonesia. Hal itu agar tercipta persaingan yang sehat antarpelaku usaha di sektor penyediaan layanan internet.

“Saat pemain baru masuk ke pasar, tentunya ini menjadi domain KPPU terkait perilakunya di pasar, dan ini tidak hanya kepada pemain yang baru, tapi juga kepada pemain yang existing,” ujar Anggota KPPU Hilman Pujana usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) “Dampak Hadirnya Starlink di Indonesia di kantor KPPU Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Dia berharap dengan adanya Starlink sebagai pemain baru di industri jasa internet, iklim usaha di sektor tersebut bisa tetap kondusif bagi seluruh pelaku usaha dan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat.

Isu "Predatory Pricing" Starlink

Di sisi lain, spekulasi terkait predatory pricing juga menjadi isu yang hangat dengan kehadiran Starlink ini. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ine Minara S. Ruky menjelaskan, predatory pricing adalah strategi bisnis dengan niat untuk menyingkirkan persaingan.

Dia menilai, penetapan harga layanan Starlink yang lebih murah dari operator lokal belum termasuk predatory pricing.

"Harga predator itu kan maksudnya untuk mencapai posisi monopoli, jadi dia menetapkan harga yang lebih murah dari biaya untuk mendapatkan posisi monopoli setelah semua pesaing yang ada tersingkir dari pasar," jelas Ine.

"Kalau misalnya menetapkan harga yang lebih murah dengan batasan waktu, itu promosi, promotional pricing atau harga promosi, itu biasa dalam bisnis. Penetrasinya biasanya dalam beberapa bulan atau beberapa minggu, itu tergantung bisnisnya. Namanya harga penetrasi kan biasa bagi pemain baru, itu biasa,” sambungnya.

PT Starlink Services Indonesia juga membantah dugaan predatory pricing atau memberikan harga lebih murah terhadap layanan internetnya yang resmi meluncur di Indonesia.

Tim Legal Starlink Indonesia Krishna Vesa menjelaskan, promo itu dilakukan lantaran Starlink merupakan pemain baru sehingga dinilai perlu melakukan promosi untuk penetrasi pasar.

“Kesimpulan saya, predatory pricing itu tidak ada, saat ini tidak ada, dan promosi yang dilakukan Starlink hal wajar yang diperbolehkan oleh hukum,” ujarnya di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

https://money.kompas.com/read/2024/05/30/092000526/internet-satelit-elon-musk-starlink-hadir-di-indonesia-operator-telko-sebut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke