Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini, Indosat Diperdagangkan Lagi

Kompas.com - 10/06/2008, 07:57 WIB

JAKARTA,SELASA - Bursa Efek Indonesia mencabut penghentian sementara perdagangan (suspensi) saham PT Indosat Tbk terhitung mulai dalam perdagangan hari Selasa (10/6) ini. Keputusan itu diambil setelah manajemen Bursa Efek Indonesia memperoleh informasi terkait dengan penjualan 40,8 persen saham Indosat.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah, Senin, mengatakan, kemarin siang pihaknya telah menerima semua dokumen pengalihan kepemilikan saham Indosat dari Asia Mobile Holding Pte Ltd (AMH) kepada Qatar Telecom (Qtel). Pada Senin malam manajemen BEI juga melakukan pertemuan dengan tim pengalihan saham Indosat.

"Setelah mempelajari semua dokumen dan mendapat penjelasan langsung dari tim pengalihan saham Indosat, kami menilai semua informasi yang disampaikan telah memenuhi prinsip keterbukaan dalam industri pasar modal. Informasi itu akan segera kami sampaikan kepada publik dan saham Indosat dapat diperdagangkan kembali," ujar Erry.

Kemarin BEI menghentikan perdagangan saham Indosat sehari penuh, mulai dari awal sampai penutupan perdagangan. Penghentian tersebut dilakukan karena AMH ataupun Qtel, belum menyerahkan dokumen pengalihan saham Indosat. Penghentian sementara perdagangan saham Indosat tidak berpengaruh banyak terhadap nilai transaksi di BEI. Menurut Erry, total transaksi di BEI pada perdagangan kemarin tetap tinggi, yaitu mencapai Rp 5,3 triliun.

Sebanyak 40,8 persen saham Indosat yang dimiliki AMH dijual oleh Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) kepada Qtel senilai 1,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 16,8 triliun. Pengalihan kepemilikan saham Indosat ini termasuk akuisisi internal karena STT dan Qtel adalah dua perusahaan yang menjadi pemegang saham AMH, masing-masing 75 persen dan 25 persen.

STT menjual saham Indosat dengan harga Rp 7.388 per saham atau Rp 1.738 lebih tinggi daripada harga pasar saham Indosat. Jumat lalu saham Indosat diperdagangkan Rp 5.650 per saham. "Harga itu pantas untuk perusahaan sebaik Indosat," kata Kepala Pengembangan Bisnis Qtel Jeremy Sell.

Lebih disukai pemerintah

Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil mengatakan, pemerintah menyambut positif kehadiran Qatar Telecom di Indosat. "Kami lebih suka kalau yang masuk ke Indosat ini investor strategis dari Timur Tengah. Hal itu penting karena Indonesia sedang ingin menarik lebih banyak investor dari kawasan ini. Dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, investasi dari Timteng di Indonesia masih kecil," ujarnya.

Sofyan juga mengatakan, semua hak yang didapat Pemerintah Indonesia ketika melepas saham Indosat kepada STT tahun 2002, termasuk hak memilih direktur utama, tetap berlaku setelah kepemilikan saham STT itu beralih kepada Qtel. Meski begitu, penjualan saham STT tidak diberitahukan lebih dulu kepada Pemerintah Indonesia karena pemerintah memang tidak mempunyai hak untuk membeli saham lebih dulu. Pemerintah memiliki 14,9 persen saham di Indosat.

Chairman Qtel Group Sheikh Abdullah Al Thani mengatakan, pihaknya akan menunggu penyelesaian proses hukum di Mahkamah Agung. Namun, ia menegaskan, transaksi pengalihan saham dari STT ke Qtel telah selesai.

Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syamsul Maarif mengatakan, KPPU belum menerima surat pemberitahuan resmi dari STT soal transaksi penjualan saham itu. "Transaksi itu tidak sesuai dengan putusan KPPU ataupun pengadilan negeri karena penjualan saham harus tetap dibatasi persentasenya. Kalau KPPU membatasi penjualan sahamnya 5 persen, sedangkan pengadilan negeri membatasi saham yang dijual maksimal 10 persen," ujar Syamsul. (REI/RYO/DAY/OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Spend Smart
Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Whats New
Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Whats New
Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Whats New
6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com