Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor CPO Turun, Neraca Perdagangan Bulan Juli Negatif

Kompas.com - 02/09/2008, 08:26 WIB
JAKARTA, SELASA - Neraca perdagangan Indonesia bulan Juli 2008 dilaporkan defisit karena nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor. Pada bulan Juli, nilai impor sebesar 12,82 miliar dollar AS, sedangkan ekspor senilai 12,55 miliar dollar AS. Ini terjadi karena realisasi ekspor produk unggulan Indonesia, terutama minyak sawit mentah (CPO) anjlok, sementara realisasi impor bahan baku industri meningkat.

”Itu artinya ada defisit 270 juta dollar AS di Juli 2008. Neraca yang defisit memang hanya untuk neraca perdagangan bulan Juli saja. Namun, jika kondisi ini terus berlangsung dalam jangka panjang, dikhawatirkan neraca perdagangan tahunan bisa terkena dampaknya,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, Senin (1/9) di Jakarta.

Menurut Rusman, ekspor CPO pada Juni 2008 masih 2,06 miliar dollar AS. Akan tetapi, pada bulan Juli, ekspor CPO anjlok menjadi hanya 581 juta dollar AS. ”Saya tidak tahu apakah ini bagian dari strategi produsen CPO yang mengurangi ekspor hanya demi mengurangi tekanan biaya yang disebabkan oleh pajak ekspor. Pada bulan Juli 2008, memang ada pengenaan pajak ekspor CPO sebesar 20 persen. Seharusnya ada peningkatan ekspor CPO di bulan Agustus karena pajaknya turun ke 15 persen,” paparnya.

Lampu kuning

Kepala Ekonomi BNI A Tony Prasetiantono menyebutkan, neraca perdagangan pernah negatif pada April 2008 saat nilai ekspor hanya mencapai 10,97 miliar dollar AS, lebih rendah dibandingkan dengan impornya sebesar 11,5 miliar dollar AS. Mengingat neraca perdagangan sudah defisit dua kali, Departemen Perdagangan sudah saatnya lebih serius mencari peluang pasar ekspor baru. ”Ini sudah lampu kuning bagi Deperdag untuk membuka pasar ekspor baru,” ujar Tony.

Sementara itu pengamat ekonomi dari Indef, Fadhil Hasan, berpendapat, neraca perdagangan yang defisit tidak selamanya membahayakan bagi daya tahan ekonomi, selama yang diimpor berupa bahan baku dan barang modal. Impor berupa peralatan yang bisa digunakan untuk kegiatan produksi di dalam negeri merupakan indikator perekonomian yang membaik. ”Meski demikian, dalam konteks sekarang, yang perlu diwaspadai adalah ketergantungan ekspor pada komoditas yang harganya fluktuatif. Jadi, yang harus dibangun adalah industri bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com