Namun, sejak BI Rate dinaikkan menjadi 9,5 persen awal Oktober lalu, dana investor asing tetap saja keluar dari Indonesia. ”Berapa pun suku bunga dinaikkan, asing akan tetap keluar karena mereka sedang butuh dana cash,” kata Norico.
Sementara itu, Kepala Riset Recapital Securities Poltak Hotradero mengatakan, dalam kondisi tidak menentu seperti sekarang, investor asing lebih dulu menarik portofolionya dari bursa negara berkembang (emerging market) karena memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan bursa-bursa negara maju.
Selain itu, ketergantungan bursa Indonesia terhadap sektor pertambangan dan perkebunan ikut memperparah keadaan. Turunnya harga minyak dan komoditas akhir-akhir ini telah mengakibatkan harga saham-saham pertambangan terpuruk.
Dari sekitar Rp 900 triliun kapitalisasi pasar di BEI saat ini, sekitar 25 persen di antaranya disumbang oleh saham-saham sektor pertambangan dan perkebunan.