Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa di Kantung Kemiskinan

Kompas.com - 29/04/2009, 19:10 WIB

TRENGGALEK, KOMPAS.com- Kabupaten Trenggalek memiliki sejumlah desa yang menjadi kantung kemiskinan. Salah satunya yang didatangi tim Ekspedisi Susur Selatan Jawa 2009 Harian Kompas, Rabu (29/4)  adalah Desa Puru, Kecamatan Suruh.

Warga setempat sudah banyak yang mengetahui rencana penyelesaian jalur lintas selatan. Ada asa dari mereka jika jalan tersambung, kehidupan mereka bisa berubah. "Bahkan saya sangat berharap sekali, dan sangat mendukung dibangunnya jalur selatan. Biar desa menjadi ramai," ujar Marlan (42).

Dengan dibukanya jalan, dia yakin kehidupan warga secara ekenomi membaik. Harapan itu juga dijawab koor oleh warga lainnya ketika tim kembali melontarkan pertanyaan tentang rencana penyelesaian jalur selatan.

Sayuti, juga warga dusun setempat, melontarkan harapan agar bisa bebas dari jerat kemiskinan. Hal itu disampaikan ketika Sayuti dan sejumlah warga membuat jalan dusun secara swadaya. "Ini saja kita membuat jalan swadaya, jalan dikeraskan dari sisa aspal yang dibongkar di jalan kecamatan. Kita sudah usulkan ke pemerintah tapi belum disetujui," terangnya.

Perantau dan TKI

Taraf pendidikan di dusun ini juga masih terbilang rendah. Warga yang berusia 40 tahun rata-rata hanya berpendidikan tamat SD, hanya ada segelintir yang usianya 25 tahun bisa menamatkan bangku SMP.

Menurut Sayuti, hingga saat ini hampir 75 persen warga memilih merantau ke Kalimantan atau menjadi tenaga kerja Indonesia di Malaysia dan Arab Saudi untuk mencoba bertaruh nasib. Tidak butuh pendidikan tinggi, yang penting keuletan bekerja di negeri orang.

"Uangnya bisa dibawa pulang ke desa untuk hidup. Kalau di sini, mencari uang Rp 100 ribu sebulan saja susah sekali, makan saja kita cuma mengandalkan dari hasil kebun singkong serta hasil penjualan jagung yang tidak seberapa besar. Kalau tidak merantau, anak-anak tidak bisa sekolah," tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Marlan. Dia pernah merantau ke Kalimantan Timur bekerja sebagai buruh di kebun sawit. Tujuannya cuma untuk mengubah hidup.

Kehidupan di desa yang berada di pegunungan kapur tandus ini memang sangat keras. Pada musim kemarau tidak ada kebun yang bisa ditanami jagung. Untuk mendapatkan air yang tidak bersih-bersih amat, warga harus berjalan dan memikulnya berkilo-kilo meter.

"Kalau kemarau ya kita mencari kayu bakar dan menjual singkong. Hasilnya untuk makan sehari-hari" ujarnya.

Menurut dia, dulu pernah ada fasilitas air umum milik pemerintah daerah. Namun kini kondisinya rusak parah. Dia pernah mengajukan perbaikan tapi belum ada tanggapan.

Kebutuhan mendesak yang diharapkan warga saat ini hanya perbaikan sarana air bersih serta fasilitas umum lainnya seperti masjid atau mushala. Ke depan mereka juga masih punya asa hidup lebih baik dari dibukanya jalur lintas selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com