Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Makanan Ilegal Rugikan Kesehatan Masyarakat

Kompas.com - 07/09/2009, 20:11 WIB

TANJUNG PINANG, KOMPAS.com — Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Kepulauan Riau menyatakan, produk makanan kemasan dan kosmetik yang diimpor dari Singapura dan Malaysia secara ilegal dapat merugikan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

Kepala BPOM Kepulauan Riau I Gede Nyoman Suwandi yang dihubungi Antara dari Tanjung Pinang, Senin (7/9), mengatakan, produk makanan dan kosmetik yang dijual di kabupaten/kota yang berada di Kepulauan Riau tidak dapat diawasi jika diimpor melalui jalur tidak resmi.

"Padahal, banyak produk makanan dan kosmetik dari negara lain yang mengandung zat berbahaya," kata I Gede Nyoman Suwandi.

Dia mengungkapkan, produk makanan dan kosmetik yang berbahaya bagi konsumen kebanyakan berasal dari Malaysia, Thailand, dan China.  

Sementara peranan Singapura adalah sebagai negara perantara yang mengimpor produk tersebut dari negara tertentu, kemudian mengekspornya ke Kepulauan Riau.
    
Produk makanan yang diedarkan di Kepulauan Riau yang berbahaya karena mengandung melamin, zat pengawet secara berlebihan, dan zat pewarna kebanyakan diproduksi oleh berbagai perusahaan di Malaysia, China, dan Thailand.
    
Sebagian distributor lokal yang mengimpor produk makanan dan kosmetik tidak mengetahui bahwa produk yang diedarkannya di swalayan dan toko-toko berbahaya.
    
Sementara sebagian produk tersebut diimpor melalui jalur tidak resmi sehingga tidak terawasi.
    
"Kami akan memberi pemahaman kepada mereka tentang produk yang berbahaya dan dilarang dijual kepada masyarakat," ujarnya.
    
I Gede Nyoman Suwandi mengungkapkan, impor makanan dan produk lainnya melalui pelabuhan rakyat merupakan cara tradisional yang telah dilakukan pengusaha secara turun-temurun sehingga kemungkinan sulit ditertibkan.
    
"Itu hal yang menarik, yang menjadi tantangan bersama untuk membenahinya sehingga hak-hak konsumen dapat dilindungi," katanya.
    
Sejak Januari 2009 hingga sekarang, kata dia, BPOM Kepulauan Riau telah banyak menyita makanan dan obat-obatan yang membahayakan kesehatan masyarakat.
    
"Kami telah empat kali melakukan pemusnahan terhadap barang yang disita karena mengandung zat berbahaya," ujarnya.
    
Namun, makanan dan obat-obatan yang dilarang dijual pedagang masih beredar di beberapa toko dan swalayan di kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau."Peranan kami diibaratkan sebagai pemadam kebakaran," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com