Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri, Sang Intelektual Aktivis Beransel

Kompas.com - 11/10/2009, 09:41 WIB

Faisal Basri bukan hanya konsisten dalam tataran abstrak, melainkan juga konsisten dalam kesehariannya. Dia mampu menyatukan kata dan hati dengan perbuatannya.  ”Ransel dan sepatu sandal sudah menjadi ciri khas Faisal Basri,” tutur Boediono yang kemudian disambut tepuk tangan hadirin.

Menyinggung soal buku, Boediono kemudian menyoroti pandangan Faisal Basri soal BUMN. Pada halaman 410-411 buku Lanskap Ekonomi Indonesia, Faisal Basri menulis, selama ini BUMN disandera oleh tiga masalah besar, yakni mismanajemen dan pelemahan etos kerja, politisasi dan penjarahan, serta masalah korupsi.

Seandainya tidak ada tiga masalah berat itu, BUMN sebenarnya tidak perlu diperlakukan secara khusus. Kedudukannya sama saja dengan perusahaan swasta dan koperasi.

Bahkan, seperti dibayangkan Bung Hatta, pada hakikatnya keberadaan BUMN itu hanya sementara. Ketika warga negara biasa sudah bisa menjadi pelaku ekonomi andal melalui perusahaan swasta ataupun koperasi, BUMN secara alamiah harus minggir. Jadi, peran pemerintah hanya sebagai regulator dan pembina sehingga tidak perlu lagi menjadi pelaku langsung dalam perekonomian.

Namun, dalam kenyataannya BUMN di Indonesia terus hadir dan diperlakukan secara khusus. Menurut Faisal, besarnya dividen yang diberikan BUMN, yang jumlahnya lebih dari 100, kepada negara masih kalah dibandingkan dengan kontribusi pajak dari empat perusahaan rokok.

Faisal Basri kemudian memberi contoh Pertamina. Biaya produksi minyak di perusahaan BUMN itu lebih mahal ketimbang di Chevron. Biaya produksi 1 barrel minyak di Pertamina sebesar 36,1 dollar AS, sedangkan di Chevron hanya 6,8 dollar AS per barrel.

Pada bagian lain, Boediono juga menyoroti cara pandang Faisal Basri yang bebas dan tidak terikat pada mazhab ekonomi tertentu. Teori-teori pembangunan mengedepankan perdebatan mengenai kegagalan pasar versus kegagalan pemerintah.

Di kebanyakan negara berkembang, mekanisme pasar tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Namun, sebaliknya, pengalaman juga menunjukkan bahwa keterlibatan langsung pemerintah di dalam perekonomian tidak memberikan hasil yang lebih baik. Untuk Indonesia, agaknya sulit untuk mengatakan bahwa krisis ekonomi disebabkan oleh kegagalan pasar.

Menurut Boediono, Indonesia sudah mampu melampaui krisis keuangan yang disebabkan oleh kehancuran sektor keuangan global pada akhir tahun 2008 dengan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya jangan mengerdilkan atau mengecilkan kepercayaan diri sendiri dalam menangani krisis itu.

”Seyogianya kita bersyukur karena bisa menyelesaikan krisis itu dengan kekuatan sendiri. Seyogianya kita menghargai siapa pun ini, pemerintah, masyarakat, dunia usaha bermasa-sama. Jangan justru malah mengerdilkan kemampuan kita, dengan selalu mencari-cari kesalahan dan mengecilkan kepercayaan diri sendiri,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com