Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Batik Lasem Meningkat 20 Persen Per Tahun

Kompas.com - 27/10/2009, 19:07 WIB

LASEM, KOMPAS.com — Pertumbuhan dan perkembangan pasar batik di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Rembang, sangat positif sejak 2006. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Rembang mencatat nilai ekspor batik lasem produksi perajin batik di Kecamatan Lasem rata-rata meningkat 20 persen per tahun.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Diperindagkop) Kabupaten Rembang, Sudirman, Selasa (27/10), mengatakan, pemasaran batik lasem di luar negeri semakin luas. Semula, pemasaran itu hanya di China, Jepang, Malaysia, kini meluas hingga Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Hal itu memengaruhi peningkatan nilai ekspor batik. Misalnya, pada 2006 ekspor batik lasem senilai 7,32 juta dollar AS atau senilai Rp 65,88 miliar. Pada 2007 nilai ekspor batik menjadi Rp 8,79 juta dollar AS atau senilai Rp 79,11 miliar.

"Kenaikan nilai ekspor itu secara otomatis meningkatkan nilai ekspor batik di Jateng. Pasalnya, Lasem mampu menyumbang sebanyak 30 persen nilai ekspor batik di Jateng," kata dia.

Nilai ekspor batik di Jateng pada 2006, Sudirman menambahkan, adalah 24,4 juta dollar AS atau senilai Rp 219,6 miliar. Pada 2007 nilai ekspor itu meningkat 20 persen menjadi 29,3 juta dollar AS atau senilai Rp 263,7 miliar.

Kepala Koperasi Batik Lasem Santosa Hartono mengatakan, perajin batik belum puas dengan kenaikan nilai ekspor batik itu. Alasannya, sebagian besar perajin masih menjual batik ke pasar internasional melalu perantara.

Selain itu, pada 2008 para perajin batik sempat kelimpungan akibat terimbas krisis global. Sejumlah perantara hengkang lantaran kehilangan pasar. Untuk itu, para perajin berniat tidak terlalu bergantung pada mereka. "Saat ini, saya sedang berupaya menembus pasar Malaysia secara mandiri. Pada November 2009, saya akan mengikuti pameran di sana," kata Santosa.

Pengusaha batik Maranata, Naomi, berencana memperkenalkan sekaligus menembus pasar batik di Timur Tengah, terutama Dubai. Dia akan mengikuti pameran batik di sana dengan membawa 10 kain batik bermotif klasik. "Setelah batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO, pasar batik di tingkat internasional terbuka lebar," kata dia.

Namun, Santosa menambahkan, para perajin perlu bekerja ekstrakeras. Pasalnya, pasar luar negeri meminati batik dengan pewarna alam. Bahan-bahan warna batik berasal dari daun jati (coklat kemerahan), kayu mahoni (coklat), akar mengkudu (merah), dan indigo (biru). (HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com