Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miskin di Tengah Limpahan Kekayaan

Kompas.com - 03/09/2010, 23:37 WIB

Kebiasaan yang telah membudaya itu, sebenarnya bila dicermati dan dihitung secara ekonomi tidaklah menguntungkan karena pada dasarnya mereka memiliki persediaan gula, kopi dan teh sendiri di rumah.

"Namun untuk menghilangkan budaya itu sungguh sulit. Karena warung bagi masyarakat adat Dayak Meratus secara tidak langsung adalah sumber informasi di mana di tempat itulah mereka berkumpul dan saling bertukar cerita," katanya.

Minimnya investasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat di kawasan hunian masyarakat Dayak Meratus, juga dipandang berperan penting dalam pembentukan pola pikir yang berimbas pada pola hidup tidak teratur.

Sebagai gambaran, di Balai Kiyu saja hingga kini tidak ada bangunan sekolah selain sebuah Taman Kanak-Kanak yang didirikan secara swadaya oleh LPMA Borneo Selatan dan masyarakat setempat.

Untuk dapat mengenyam pendidikan atau layanan kesehatan, masyarakat Balai Kiyu harus menempuh perjalanan setapak sejauh 5 Km dengan medan yang berat ke Desa Hinas Kiri.

Kondisi itu akhirnya membuat mereka terpaksa hanya mampu menganut pola pikir yang sangat sederhana dan terjebak oleh permainan orang luar yang mengaku lebih modern.

Masih banyak dari masyarakat adat Dayak Meratus yang hanya bekerja bila uang dan persediaan konsumsi sudah habis. Setelah bekerja dan mendapatkan hasil yang dapat dijadikan uang, mereka cenderung memilih berdiam diri dan bersantai di warung saja.

"Masyarakat adat Dayak Meratus juga gemar mempertaruhkan uang mereka di arena judi saat pelaksanaan Aruh (upacara adat pada hari-hari besar), karena peluang itu terbuka lebar," katanya.

Sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat adat Dayak Meratus, hampir setiap kali pelaksanaan Aruh yang berlangsung selama beberapa hari selalu disertai dengan keramaian dan marak dengan beragam permainan judi sebagai hiburan.

Perilaku itu tanpa mereka sadari ternyata hanyalah membuat orang luar Dayak Meratus semakin kaya karena para bandar judi biasanya bukanlah dari penduduk lokal atau pendatang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com