Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim, Pemanfaatan Limbah Pulp dan Kertas

Kompas.com - 13/10/2010, 11:45 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Pemanfaatan limbah pulp dan kertas oleh kalangan industri masih sangat minim. Padahal, dengan teknologi yang relatif sederhana, limbah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos dan berbagai bahan bangunan, dari paving blok, atap rumah, hingga pengganti batako.

Peneliti dari Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) Bandung, Ligia Santoso, Selasa (12/10), mengatakan, pihaknya telah menghasilkan sejumlah penelitian yang berupaya memanfaatkan limbah padat dan cair dari pengolahan pulp dan kertas. Limbah tersebut diakui sarat pencemaran. "Namun, baru sedikit penelitian kami yang diaplikasikan oleh industri. Ke depan, kami berharap penerapannya lebih luas lagi," ujarnya.

Senada dengan Ligia, Kepala BBPK Bandung Ngakan Timur Antara mengatakan, pemanfaatan limbah industri pulp dan kertas dapat menekan citra negatif industri kertas yang disebut-sebut sebagai penyumbang utama pencemaran dan degradasi lingkungan.

Padahal, industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri andalan penghasil devisa negara dari sektor nonmigas, selain juga menyediakan lapangan kerja yang besar. "Jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri ini mencapai 220.000 orang, dengan jumlah tenaga kerja asing hanya 2-3 persen," ujar Ngakan.

Ia menguraikan, dalam kurun 1987-1997, Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia. Sesuai data Asosiasi Perusahaan Kertas Indonesia, pada 2009, kapasitas 81 perusahaan domestik mencapai 7,9 juta ton pulp per tahun dan 12,2 juta ton kertas per tahun.

Sejak krisis finansial global 2008, pada 2009, industri pulp dan kertas mulai bangkit dengan tingkat pertumbuhan 4,5 persen. Diperkirakan, pertumbuhan ini akan terus meningkat hingga 5,5 persen pada 2014.

Meski demikian, dari sisi konsumsi, Indonesia berada di peringkat ke-14 dunia dengan konsumsi 26 kilogram per kapita per tahun, jauh lebih rendah dibandingkan Jepang 245,5 kg per kapita per tahun dan Malaysia 110,8 kg per kapita per tahun. "Artinya, peluang pengembangannya masih terbuka lebar karena masih jauh dari titik jenuh. Untuk itu, harus dilakukan juga upaya pemanfaatan limbahnya," ungkap Ngakan.

Jasa konsultasi

Kepala Bidang Pengembangan Jasa Teknis BBPK Lies Indriati menambahkan, pihaknya siap menyediakan jasa konsultasi dalam hal pemanfaatan limbah hingga daur ulang sampah. Bahkan, yang terbaru, BBPK sedang mengembangkan bahan bangunan pengganti batako yang bisa merekat tanpa semen (self locking wall).

Untuk daur ulang sampah aseptik dari bahan pulp dan kertas, BBPK mendorong industri kecil menengah untuk mengembangkannya dengan modal sekitar Rp 150 juta per unit. "Harapannya, itu bisa menekan persentase limbah industri kertas hingga nol persen," ujarnya. (GRE)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com