Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat China Jenuh, RI Harus Siap

Kompas.com - 18/02/2011, 07:31 WIB

Dalam repelita berikut, upah dan jaminan sosial buruh diperketat. Pengusaha tak lagi dapat memecat buruh seenaknya. China sudah memberi tahu pengusaha tentang kemungkinan kenaikan biaya produksi.

China tak lagi menjadi surga footloose industry, seperti tekstil dan sepatu atau pabrik berbiaya murah, seperti dulu. ”Upah tenaga kerja lulusan SMA Rp 3 juta-Rp 5 juta,” kata Ratna Laksana, Direktur Resources Global Professionals.

Pemerintah China berusaha mengompensasi dengan memasuki industri berteknologi tinggi yang bernilai tambah lebih besar. Industri otomotif yang juga memasok alat pertanian berkembang, begitu juga telekomunikasi. China membuat pesawat terbang, mengirim orang ke luar angkasa, serta maju dalam teknologi nuklir dan rekayasa genetika untuk pertanian dan kedokteran.

Lepas dari perang kurs antara AS dan China, kurs yuan lebih rendah 40 persen dari nilai seharusnya. Kurs yuan kini 6,57 per dollar AS. Berdasarkan riset Columbia University, New York, jika kurs menjadi sekitar 4 yuan per dollar AS, hal itu akan membuat biaya produksi dan berbisnis di China jauh lebih mahal daripada sekarang.

Stephen Joske, Direktur China Forecasting Service, The Economist Intelligence Unit, bahkan tak ragu mengatakan, ekonomi China menanam bom waktu. ”Akan meledak, hanya saja kini belum terbayangkan,” kata Joske.

Misalnya, ada pemakaian dana luar biasa untuk membangun apartemen menjelang Olimpiade Beijing 2008. Pasokan apartemen yang butuh penyerapan 25 tahun dibangun dalam dua tahun. Muncul kekhawatiran terjadi krisis kredit perumahan seperti di AS pada 2008.

Indonesia mungkin sasaran investor berikutnya. ”Namun, pemerintah Anda memang harus bergerak,” kata Joske. Inilah keadaan yang harus diantisipasi Indonesia, prospek baru yang semestinya membuat pemerintah mempersiapkan infrastruktur, kestabilan sosial politik, dan kepastian hukum bisnis. Masih tetap mau tidur?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com