Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Pasar Perdana Vs Pasar Sekunder

Kompas.com - 27/02/2011, 04:06 WIB

Kenapa begitu? Karena penurunan ataupun kenaikan harga saham di pasar juga dipengaruhi oleh faktor sentimen. Lebih dari itu juga ada faktor nonteknis, misalnya saham itu ”dikerjai” oleh pihak tertentu. Pihak tersebut sengaja menurunkan harga sehingga investor lain menjual saham yang dipegangnya. Dus, kalau Anda menghadapi hal tersebut, mestinya tidak serta-merta menjual saham Anda atau melakukan cut loss, tetapi Anda bisa membeli lagi saham yang sama sehingga cost rata-rata Anda menjadi lebih rendah. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, malah Anda bisa berpeluang memperoleh potential gain. Namun, semua itu bisa terjadi jika prinsip Anda membeli saham di pasar perdana bukan sebagai trader, melainkan sebagai investor.

Fundamental

Bagaimana dengan pasar sekunder? Triknya tentu berbeda dengan jika membeli saham di pasar perdana. Faktor fundamental dari saham yang Anda bidik tetap menjadi pertimbangan. Artinya, berapa PER dari saham tersebut tidak bisa diabaikan. Sebab, kalau PER-nya sudah terlalu tinggi, investor lain yang sudah memegang saham dimaksud bertendensi untuk merealisasikan potential gain yang sudah dipegang. Dus, tetap saja, meskipun di pasar sekunder, carilah saham-saham yang PER-nya masih rendah. Itu prinsip dasarnya.

Setelah Anda dapatkan kandidat saham yang hendak dibeli, tentu juga mesti dicermati bagaimana pergerakan harga saham itu sendiri dalam kurun waktu enam bulan terakhir atau malah setahun terakhir. Berapa pencapaian harga tertinggi dan berapa pula terendah. Lalu berapa harga saat ini. Kemudian bagaimana volume transaksi dari saham tersebut. Jika harganya melonjak-lonjak, naik turun dengan cepat, sementara volume transaksinya relatif kecil, boleh dibilang, itu adalah saham ”gorengan”. Jangan sentuh saham semacam itu.

Lepas dari volume transaksi yang besar adalah kapan masuk dan kapan keluar dari saham yang Anda beli juga menjadi elemen yang berpengaruh terhadap keberhasilan ataupun kegagalan. Jika dana yang Anda ”mainkan” untuk membeli saham jumlahnya tidak signifikan, akan jauh lebih baik Anda ikuti pergerakan pasar. Artinya, beli ketika harga saham mulai bergerak ke atas, dan segera jual kalau sudah memperoleh gain. Tidak perlu besar, yang penting dapat gain. Itulah prinsip trader. Tetapi, jika Anda ingin berperan sebagai investor, pembelian saham di pasar sekunder malah mesti dilakukan ketika harga saham itu jatuh. Beli di saat murah, pegang dalam kurun waktu tertentu, baru dijual kembali. Sepanjang fundamental saham tersebut bagus, tidak perlu ada rasa khawatir.

Selamat mencoba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com