Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budiarsa: Rahasia Sukses Grup Ciputra Bangun di Mancanegara

Kompas.com - 19/04/2011, 06:40 WIB

Tahun 1992-1993, saya dan Agussurya, salah satu direktur di perusahaan ini sudah sudah keliling luar negeri, mencari kemungkinan membangun proyek kota baru. Pertama kali kami konsentrasi ke Vietnam karena kami sudah membangun hotel lebih dulu, Hanoi Horison Hotel yang beroperasi tahun 1997.

Kami mengajukan izin membangun kota baru di Hanoi, Vietnam tahun 1994, Surat Keputusan Gubernur Hanoi ditandatangani 30 Desember 1996, namun kami baru menerima SK itu Februari 1997. Proses perizinan di Vietnam tidak mudah. Meskipun Gubernur Hanoi sudah menandatangani SK, namun kami tetap harus mempresentasi rencana kota baru di hadapan dua menteri dan juga ke Perdana Menteri.

Visi Pak Ci waktu itu, Grup Ciputra harus melihat kesempatan ke luar negeri. Jadi Pak Ci minta lahan seluas- luasnya agar bisa membangun kota baru. Kami melakukan survei, dan lihat ada lokasi memungkinkan yang relatif kosong. Ada 300-400 hektar, itulah yang diproses.

Pertama, mereka melihat Pak Ciputra. Mereka juga diundang lihat proyek-proyek di Indonesia, sehingga mereka yakin dan berani. Begitu kita terima SK, Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1997 sehingga Grup Ciputra menahan diri. Hampir semua negara di Asia terkena dampak krisis ekonomi. Tapi kami bersyukur, izin dari Pemerintah Vietnam tetap diberikan kepada Grup Ciputra. Tahun 2003, setelah krisis berlalu, barulah kami membangun fisik di Hanoi.

Kami membangun perumahan (landed house), apartemen, fasilitas sekolah internasional. Dan sekolah internasional terbesar di Hanoi memindahkan sekolah mereka ke kota baru yang kami bangun dan mengambil lahan seluas 9 hektar. Ini klop sekali dengan tagline Ciputra Hanoi International City. Dan penghuni dua menara apartemen di sana umumnya orang asing.

Lokasi kota baru ini persis di tepi jalan tol, diapit dua jalan yang menuju bandara. Begitu keluar tol, langsung masuk ke proyek Ciputra Hanoi International City. Gerbang kota baru ini sama persis dengan gerbang Citra Raya di Tangerang. Gerbang yang persis sama seperti ini ada empat. Pertama di Citra Raya Tangerang, kedua di Ciputra Hanoi International City di Vietnam, ketiga di Kolkatta West International City (Calcutta) di India, dan keempat di Grand Phnom Penh International City di Kamboja.

Ceritanya, kami ajak Gubernur Hanoi ke Citra Raya Tangerang. Dia lihat dan dia suka dengan gerbang seperti ini sehingga kami membangun gerbang serupa di Hanoi.

Bagaimana Anda dan Grup Ciputra memutuskan membangun di kota-kota di luar negeri?
Saya menangani pembangunan kota-kota baru, Ciputra Hanoi International City, Grand Phnom Penh International City, Kolkatta West International City (yang sudah dijual ke pengusaha India), dan Grand Shenyang International City.

Sebelum menentukan membangun di Kolkatta, saya keliling India, dari New Delhi, Mumbai, Madras (sekarang Jenai), sampai Hyderabad. Dibandingkan New Delhi dan Mumbai, kota Kolkatta sangat terbelakang. Kolkatta (dulu disebut Calcutta) adalah ibu kota West Bengal, satu-satunya negara bagian di India, yang dipimpin penguasa dari partai komunis. Jadi kota ini paling terbelakang, namun jumlah penduduknya 13 juta. Kami melihat ini sebagai kesempatan.

Dalam satu proyek properti ini, kami hanya butuh ribuan konsumen. Masak dari 13 juta penduduk Kolkatta, tak ada yang mampu membeli properti? Jadi itulah pola pikir kami ketika menjadikan Kolkatta sebagai target. Sama halnya kami melihat peluang di India dan China, yang jumlah penduduknya sangat banyak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com