Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal Jangari yang Selalu Sibuk

Kompas.com - 29/04/2011, 21:46 WIB

"Tarifnya sebenarnya bisa dinego. Tapi, biasanya saya mematok Rp 100.000 untuk satu rombongan. Itu sudah termasuk upah menunggu mereka makan," ujar pemuda yang hanya lulus SMP itu.

Jika akhir pekan, Ade mengaku penghasilannya bisa naik tiga kali lipat saking banyaknya pengunjung. Apalagi jika pengguna jasanya adalah warga negara asing.

Selain dapat upah dari mengantarkan wisatawan, ia juga dapat bonus dari pemilik warung yang kedatangan tamu bawaan Ade. Kalau bonus itu besarnya nggak bisa ditentukan. "Tergantung yang ngasih sajalah," katanya.

Sayangnya, pengunjung yang bermobil masih sulit mencari tempat parkir. Untuk pengendara sepeda motor sudah banyak jasa penitipan di Jangari. Biasanya, pembawa mobil ini memarkir kendaraan di sekitar dermaga bongkar-muat.

Seringkali, penumpukan kendaraan ini mengganggu aktivitas bongkar muat karena akses mobil pengangkut komoditas terhambat. Belum lagi angkutan kota yang sering ngetem di dermaga.

Jika tidak ditata, niscaya perekonomian rakyat bakal terganggu. Sebab, orang seperti Wahyu menggantungkan hidupnya dari perdagangan ikan. Sedangkan Ade dan kawan-kawannya bergantung dari orang-orang yang hendak berwisata. (HERLAMBANG JALUARDI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com