jakarta, kompas
Direktur Keuangan PT Timah Tbk M Krishna Syarif menyatakan, pihaknya mempunyai fasilitas standby loan perbankan cukup besar senilai Rp 3 triliun. Sebagian besar fasilitas itu berasal dari Bank Mandiri dan Bank of Tokyo Mitsubishi. Sementara itu, dana kas yang dimiliki perseroan hingga Mei 2011 mencapai
”Belum ada opsi sumber dana lain seperti rights issue atau obligasi. Setidaknya hingga tahun depan, rights issue tidak akan dilakukan,” kata Krishna seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (23/6).
Berdasarkan RUPST, pemegang saham menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 473,97 miliar atau Rp 94,17 per lembar saham. Nilai itu merupakan 50 persen dari laba bersih 2010 senilai Rp 947,94 miliar. Dari dividen tunai tersebut, sebanyak Rp 308,08 miliar dibagikan kepada negara dan Rp 165,89 miliar kepada publik.
Menurut Krishna, kebutuhan terbesar belanja modal adalah untuk pendanaan pembuatan
Tahap pertama pembuatan BWD membutuhkan dana sebesar Rp 480 miliar plus modifikasi kapal menjadi BWD senilai Rp 40 miliar. Selain itu untuk pembesaran kapasitas galangan kapal Rp 154 miliar, pembangunan pabrik tin chemical tahap kedua Rp 180 miliar, pembangunan
Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Wachid Usman mengatakan, produksi timah dari kawasan penambangan lepas pantai bisa lebih dari 60 persen dibanding penambangan yang dilakukan di darat. Berdasarkan survei, cadangan timah paling dalam berada pada level sekitar 73 meter di bawah laut.