Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Hanya Soal Gaji...

Kompas.com - 29/07/2011, 06:08 WIB

KOMPAS.com Sebuah meja panjang di ruangan persegi Pilot House dibersihkan dari tas, kertas-kertas, dan bungkus makanan. Lantas beberapa telepon diletakkan di atas meja. Menjelang siang, lewat perangkat komunikasi itu, pembicaraan diintensifkan antaranggota Asosiasi Pilot Garuda.

Saat matahari makin meninggi, pilot-pilot senior ke luar masuk di kamar dengan label di pintu kaca bertuliskan ”Director”. Instruksi demi instruksi pun dikeluarkan dari ruangan itu, diterima, lantas disebarluaskan kepada pilot-pilot lainnya.

Suasana Pilot House Garuda pada hari Kamis (28/7/2011) itu memang berbeda. Telepon berdering tanpa henti. Para pilot tak terbang, tetapi berbincang satu sama lain. Sesekali, ketika kabar seorang pilot di sebuah kota memutuskan berjuang bersama Asosiasi Pilot Garuda (APG), langsung disambut kepalan tangan atau senyum lebar.

Beberapa pilot sibuk mereka-reka kemungkinan hambatan penerbangan. Bila pesawat bakal terbang dari Denpasar, misalnya, diperkirakan berdampak pada penerbangan dari Jakarta menuju Makassar dan dari Makassar menuju Jakarta.

Bila siang beranjak menuju sore bahkan ketika mentari telah kembali ke peraduannya, sedikit banyak telah direka-reka dampak dari aksi-aksi mereka.

Katakanlah, ada lebih dari 100 pilot struktural disiapkan di Bandara Soekarno-Hatta. Namun ketika pilot APG di Denpasar, Bali, menolak terbang, maka dibutuhkan lebih dari 1,5 jam agar pilot pengganti tiba di sana. Dan, terbayang pula, bagaimana dengan penerbangan hari esok?

Untunglah, Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar menyambangi Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan Garuda Indonesia tentunya. Dalam perundingan yang tak sampai sejam itu, telah ada kesepakatan sehingga boleh dikatakan Mustafa telah ”menyelamatkan” Garuda!

Sebagai ”bapak”, Mustafa untuk sementara berhasil mendamaikan dua pihak yang bertikai. Yang paling penting, berhasil mencegah meluasnya eskalasi mogok yang berpotensi makin merugikan rakyat, terutama pelanggan Garuda.

Setelah ditengahi oleh Menteri BUMN, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar, yang siang itu berbaju hitam tak berbatik sutra atau berjas seperti biasanya, setuju ada pembicaraan lanjutan. ”Nanti kita (manajemen dan APG) bertemu di bulan puasa dan akan selesai sebelum Lebaran,” kata dia.

Setelah dipersilakan bicara oleh Dirut Garuda, Presiden APG Stephanus Geraldus pun menyatakan, ”Mulai pukul satu kurang dua menit, diputuskan mogok terbang berhenti.” Suasana tetap hening. Baru setelah Emirsyah dan Stephanus berjabat tangan dan berpelukan, tepuk tangan pun membahana.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com