Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MP3EI: Mitos atau Realitas?

Kompas.com - 01/08/2011, 04:15 WIB

Ketiga, validasi penentuan KE dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, terutama Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Pola Ruang Wilayah Nasional. Struktur ruang wilayah nasional adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Masalahnya di lapangan, tata ruang sering kalah dari ”tatar uang” dan kepentingan ekonomi jangka pendek.

Keempat, menentukan konektivitas lokasi sektor fokus ke sarana pendukung. Pendekatan penting yang diambil dari pembangunan KE adalah terpilihnya sektor fokus yang jadi pemicu pertumbuhan di dalam KE. Sayangnya, dalam MP3EI tak dintegrasikan dengan arah Kebijakan Industri Nasional yang tertuang dalam Perpres No 28/2008 maupun prioritas kebijakan sektoral pendidikan dan ristek nasional.

Pembiayaan

Akselerasi pembangunan dengan MP3EI mensyaratkan pembiayaan yang memadai. Masalahnya, daerah masih mengandalkan pembiayaan pembangunan dari dana perimbangan yang dikucurkan oleh pusat. Transfer dana ke daerah ternyata belum mampu menurunkan kesenjangan pembangunan antardaerah secara signifikan. Malah sebaliknya, kesenjangan antardaerah masih lebar dan bahkan cenderung meningkat.

Karena itu, UU Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah (No 33/2004) barangkali sudah saatnya ditinjau ulang karena fakta berikut: pertama, daerah yang kaya mendapatkan dana bagi hasil yang jauh lebih besar daripada DAU. Kedua, daerah yang miskin amat mengandalkan DAU.

MP3EI justru seperti mendiskriminasi kabupaten dan kota yang ekonominya masih tertinggal. Pemerintah pun tak mungkin mengandalkan APBN maupun APBD untuk membiayai proyek-proyek MP3EI. Sebagian besar dana APBN dan APBD telah tersedot untuk belanja aparatur dan hanya sisa sedikit untuk belanja publik, terutama infrastruktur dan sektor riil. Integrasi sumber pembiayaan dari pusat dan daerah perlu diprioritaskan. Sudah saatnya memberikan kelonggaran bagi pemda untuk menerbitkan obligasi daerah.

Lebih dari 12 tahun era reformasi ternyata belum banyak membawa perubahan di negeri ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbukti tak berkualitas, dengan bertumpu pada konsumsi, aspasial, bias ke KBI, dan hanya menguntungkan kelompok kaya di negeri ini. Untuk itu, strategi pembangunan yang inklusif dengan empat pilar perlu diimplementasikan lebih serius.

Keempat pilar adalah, pertama, strategi pembangunan yang inklusif dengan penyelarasan RPJPD, RPJMD, dengan MP3EI. Kedua, pembangunan berdimensi kewilayahan dengan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru dan percepatan daerah tertinggal. Ketiga, pembangunan ekonomi lokal dengan meningkatkan keterkaitan antardaerah, kualitas dan kuantitas infrastruktur, keterkaitan antara industri hulu dan hilir, dan menghilangkan hambatan perdagangan antardaerah. Keempat, pembangunan yang menitikberatkan kemajuan kualitas manusianya lewat peningkatan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.

Mudrajad Kuncoro Guru Besar Ilmu Ekonomi FEB UGM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com