Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pekerja AS Malas?

Kompas.com - 05/08/2011, 23:00 WIB

Pengantar Redaksi:

Menanggapi berbagai komentar atas tulisan sebelumnya berjudul "Buah Kemalasan Warga AS', berikut kami turunkan penjelasan dari penulisnya atas artikel tersebut.

Redaksi

 =============================================================

 

KOMPAS.com- Salah satu sasaran kemarahan warga dan bahkan elite AS di balik tumpukan utang dan masalah ekonomi yang tumbuh lambat adalah produktivitas pekerja AS. Bahkan ucapan "pekerja yang malas" juga mencuat saat krisis ekonomi AS tahun 2008. Krisis ini turut membangkrutkan perusahaan-perusahaan AS, termasuk General Motors.

Krisis ekonomi ini memaksa pemerintah AS mengeluarkan dana 800 miliar dollar AS untuk menolong korporasi AS, yang kesulitan dana. Pada 24 November 2008 misalnya, Ron Paul, meluncurkan tulisan "Oh No, Not Another Bailout!" di situsnya RonPaul.com. Tulisan ini memicu komentar soal pekerja AS, yang dianggap tidak rajin untuk tidak mengatakan malas.

Ron Paul adalah anggota DPR (House of Representatiives) dari Partai Republik, dan pernah menjadi bakal calon presiden AS dari partai Republik pada pemilu presiden AS tahun 2008 lalu.

Krisis 2008, seperti menghidupkan lagi polemik yang juga pernah muncul tahun 1992, ketika Toyota Motor Corp, semakin menyerbu pasar otomotif AS. Di harian Los Angeles Times, edisi 21 Januari 1992, Ketua Majelis Rendah Jepang, Yoshio Sakurauchi pernah mengatakan bahwa, "Para pekerja AS malas dan tak produktif dan itulah salah satu alasan mengapa produk mereka tidak bisa menandingi standar produk Jepang..." Ini merupakan jawaban Sakurauchi, yang sudah almarhum, atas kecaman AS soal serbuan Toyota ke pasar AS.

Krisis ekonomi AS, yang kini semakin mencuat dengan tumpukan utang di atas 14,23 triliun dollar AS, juga turut menyudutkan mantan Gubernur Bank Sentral AS, Alan Greenspan.

Mantan Gubernur Bank Sentral ini dianggap berperan di balik krisis dengan menjalankan kebijakan moneter yang dinilai salah dengan mematok suku bunga rendah selama sekian tahun, yang membuat AS kebanjiran uang, dan sebagian dana-dana itu diterjemahkan ke dalam aksi-aksi spekulatif di pasar saham dan pasar modal.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Whats New
    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Earn Smart
    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Earn Smart
    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Whats New
    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Whats New
    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    Spend Smart
    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Whats New
    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Whats New
    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Whats New
    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com