Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beginilah Kisah Tragis Pahlawan Olahraga Indonesia

Kompas.com - 25/08/2011, 12:21 WIB

"Ya, di Busan itu merupakan kenangan paling indah karena meskipun hanya medali perak, tetapi itu adalah sejarah dalam olahraga binaraga Indonesia. Saya sampai menangis ketika pengibaran bendera Merah Putih," tambahnya.

Mantan petinju jadi pemulung

Jika Wempi tak punya penghasilan tetap karena hanya jadi pengawal pribadi orang-orang tertentu, lain halnya dengan Hasan. Kehidupan mantan juara nasional kelas bantam yunior tahun 1987 ini lebih tragis lagi.

Ketika masa jayanya, Hasan selalu dipuja dan diperhatikan, kini dia nyaris jadi gelandangan di Jakarta. Bagaimana tidak, Hasan sekarang harus menjalani kehidupan sebagai seorang pemulung. Dari satu tempat ke tempat lain, dia mengais rezeki dari tumpukan barang bekas.

"Saya tiap hari tidur di masjid di Tanah Abang 4 karena tidak punya rumah di Jakarta. Rata-rata tiap satu bulan saya pulang ke Bogor untuk menjenguk anak dan istri, yang tinggal di rumah orangtuanya," jelas Hasan, yang berasal dari Maluku ini.

Bantuan YOI

Wempi dan Hasan mendapat tali kasih dan bingkisan dari YOI, yang diberikan oleh ketua YOI, Anjasmara. Mantan pemain tim nasional sepak bola era 1970-an ini merasa prihatin dengan nasib dua mantan atlet berprestasi tersebut.

Dalam keterangannya, Anjasmara mengatakan bahwa YOI akan selalu memperhatikan nasib atlet tak beruntung. Karena itu, setiap dua bulan mereka akan menggelar acara seperti ini (tali kasih).

Meskipun demikian, pihak YOI mengakui bahwa mereka masih kesulitan mendata para mantan atlet berprestasi yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. Pasalnya, alamat mereka (mantan atlet) hampir tak bisa ditemukan.

"Alamat hari ini dan keesokan harinya tak sama. Misalnya, hari ini kami datang menengok dan besoknya kembali ke sana, mereka tak bisa ditemui lagi karena sudah pindah. Ini yang membuat kami kesulitan," ujar anggota YOI, Dirgantoro Soebroto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com