Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat Danau Kelimutu, Ingat Burung Garugiwa

Kompas.com - 01/10/2011, 02:47 WIB

Mencuat

Nama burung garugiwa mencuat setelah dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Taman Nasional Kelimutu tentang studi komunitas flora dan fauna dalam Taman Nasional Kelimutu tahun 2007, 2008, dan 2010.

Dalam studi tersebut terdata, total 49 jenis burung di dalam kawasan TN Kelimutu (termasuk garugiwa), 14 jenis mamalia, 4 jenis ular, 1 jenis kadal, dan 2 jenis moluska. Ada pula 78 jenis pohon yang berkelompok dalam 36 suku yang tumbuh subur di kawasan seluas 5.356,50 hektar itu.

Garugiwa mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh jenis satwa lain di lingkungan TN Kelimutu. Kekhasan burung dengan warna bulu tubuh bagian atas hijau kekuningan dan bagian bawah kuning zaitun itu mempunyai 22 jenis kicauan. Selain dapat mengeluarkan bunyi siulan, garugiwa juga dapat menirukan suara mirip ciap anak ayam dan suara mirip dentang lonceng atau besi yang bertumbukan.

Masyarakat etnik Lio juga menjuluki burung ini sebagai burung arwah. Ini mungkin karena burung tersebut tinggal di kawasan Danau Kelimutu sebagai kampung arwah, atau masyarakat setempat dapat mendengar kicaunya yang indah, tetapi wujudnya sulit dilihat karena mungil. Jadi, seakan ini burung misterius.

Ukuran tubuh garugiwa lebih kurang sama dengan burung pipit, dengan panjang total 19,5 sentimeter. Untuk mendengar kicaunya tak sulit. Demikian halnya ketika Kompas tiba pukul 05.45 wita, dari area tempat parkir, sekitar 2 kilometer dari kawah Danau Kelimutu, sudah terdengar kicauannya yang sangat keras dan nyaring. Burung ini biasa berkicau antara pukul 06.00 dan 10.00, dan suka bertengger di tajuk pohon dengan ketinggian lebih dari 10 meter.

Terlihat saat itu seekor garugiwa jantan bertengger menawan dan memperdengarkan suaranya di dahan cemara di kawasan arboretum TN Kelimutu. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri. Sebab, di arboretum seluas 4,5 hektar itu pengunjung juga dapat menyaksikan 79 jenis tanaman dengan jumlah 250 tanaman, termasuk jenis flora endemik TN Kelimutu: Utaonga (Begonia kelimutuensis Wiriadinata).

Dengan pepohonan yang rindang, rimbun, dan hijau; udara yang bersih alami; dan hawa yang sangat sejuk, berada dalam dekapan arboretum tubuh ini serasa lebih bugar.

Kepala Subbagian Tata Usaha TN Kelimutu Agustinus Krisdijantoro mengatakan, keberadaan burung garugiwa di kawasan arboretum menjadi sarana wisata pengamatan burung (birdwatching tour) yang menarik. ”Namun, burung ini juga sangat peka sehingga pengunjung harus hati-hati waktu mendekat. Jangan menimbulkan gerakan yang dapat membuat burung ini takut, lalu menjauh,” kata Agustinus.

Menurut Agustinus, penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI tahun 2007-2010 belum mengkaji secara spesifik tentang burung garugiwa.

”Saat itu, yang dilakukan baru pemetaan secara umum, menyangkut potensi flora dan fauna di dalam kawasan TN Kelimutu. Sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui berapa populasi dan penyebaran burung garugiwa. Sedang diupayakan tahun depan (2012) untuk penelitian lebih mendalam soal burung ini. Bahkan, taman nasional juga memiliki fungsi untuk budidaya sehingga ke depan pengembangbiakan burung ini akan turut diperhatikan untuk mencegah kepunahan,” ujar Agustinus.

Keharmonisan Danau Kelimutu dan burung garugiwa ibarat masakan dan garam. Tanpa garam, masakan akan menjadi hambar. Keduanya juga boleh dikatakan bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Jadi, ingat Danau Kelimutu ingat pula burung garugiwa…. (Samuel Oktora/Bambang Sigap Sumantri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com