Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti KA Bandara...

Kompas.com - 24/11/2011, 08:03 WIB

KOMPAS.com - Andai Marcus Tullius Cicero—konsul Roma terkemuka itu— masih bernapas dan hijrah ke Jakarta, mungkin dia segera berorasi di Lapangan Monas. Berjam-jam dia akan mengargumentasikan pentingnya kereta Bandara Soekarno-Hatta. Lalu, menunjuk satu pejabat atau dirinya sendiri untuk menandatangani penunjukan langsung proyek kereta itu.

Cicero sendiri tentu saja harus dibui. Karena penunjukan langsung menegasikan kompetisi dan hukum harus ditegakkan. Namun, dia dapat saja dipermuliakan namanya di seantero Jakarta dan sekitarnya karena proyek yang cepat dibangun meringankan beban rakyat menuju bandara.

Sayangnya kita tak punya konsul yang mau mengorbankan kepentingan pribadi seperti Cicero. Di tengah kondisi ”darurat infrastruktur”, tiada seorang pejabat pun berani menyodorkan terobosan cerdas. Pembangunan berjalan seperti biasa, sesuai prosedur, dan pejabat mencari aman di hadapan hukum.

Padahal, dulu pada tahun 2007, dalam proyek kereta api bandara, kita sudah punya konsorsium yang hendak membangunnya. Andai sang pejabat konsisten dengan penunjukannya, boleh jadi kereta api bandara detik ini sudah meluncur. Sungguh disayangkan, dia itu tadi mencari aman di hadapan hukum.

Jadi? Terimalah perkembangan terbaru mundurnya tender kereta api bandara dari semester I-2012 jadi 2013. Ini baru tender, entah kapan dibangun. Jadi, jangan heran bila muncul apatisme. Dibangun boleh, tidak dibangun marilah ramai-ramai ketinggalan pesawat. Begitulah.

Jujur saja, kita semakin meragukan proyek ini. Kabarnya, trase jalur kereta bandara akan disusun ulang. Lantas, nilai proyek dihitung dari awal sehingga mungkin lebih dari Rp 10 triliun—mengingat naiknya harga barang.

Sungguhkah proyek ini layak finansial? Itu pula yang harus dijawab sebelum tender dimulai.

Terkadang pemerintah memang sering kali ”memoles” studi suatu proyek supaya sangat layak finansial. Mengapa? Dengan dalih kemitraan pemerintah swasta, swasta digaet meski tak jarang ”dijerumuskan” membangun proyek, yang tak untung.

Namun, kali ini, studi kereta api bandara takkan mudah. Boleh jadi harus menunggu beroperasinya kereta api komuter bandara, yang dibangun PT Kereta Api Indonesia.

Menetapkan tarif menjadi sebuah perkara tersendiri dengan adanya KA Komuter Bandara. Sebab, dengan tarif KRL Komuter Jabotabek Rp 6.000-Rp 7.000, bukan hanya sulit menentukan tarif sesuai kehendak masyarakat bagi KA Express Bandara, tapi juga bagi Bus Damri.

Untuk itu harus dihitung volume mobil di Tol Lingkar Luar W2 dari Ulujami ke Puri Indah menuju bandara. Tol W2 diperkirakan 2 tahun lagi beroperasi. Juga tol Serpong-Kunciran-Bandara yang beroperasi beberapa tahun mendatang.

Dengan banyaknya jalur tol alternatif, pergerakan mobil yang leluasa oleh murahnya harga bahan bakar minyak dan KA komuter bandara, mungkinkah KA bandara layak finansial?

”Mungkin bila semua pihak berkontribusi. Angkasa Pura II menanam modal bagi kereta untuk Soekarno-Hatta Aerocity. Lalu, pengembang seperti Pantai Indah Kapuk dan Pemprov DKI Jakarta mendirikan stasiunnya,” ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono. (HARYO DAMARDONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Whats New
Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Whats New
Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,11 Persen pada Kuartal I-2024

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,11 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Hari Terakhir, Ini Cara Daftar Prakerja Gelombang 67

Hari Terakhir, Ini Cara Daftar Prakerja Gelombang 67

Whats New
Indofarma Hadapi Masalah Keuangan, Erick Thohir: Kalau Ada Penyelewengan, Kami Bawa ke Kejagung

Indofarma Hadapi Masalah Keuangan, Erick Thohir: Kalau Ada Penyelewengan, Kami Bawa ke Kejagung

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com