Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Kompas.com - 06/05/2024, 12:34 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.134 (naik 1,6 persen dalam seminggu) pada Jumat, 3 Mei 2024. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani berpandangan saat ini IHSG sedang menguji support MA200 daily yang berada di level 7.050.

"Apabila tidak mampu bertahan maka IHSG berpotensi untuk terus turun ke 6.800 - 6.900. Level 7.030 menjadi support yang sudah diuji berkali-kali, ketika IHSG mengalami koreksi, sedangkan resistance berada di level 7.250, sehingga area tersebut menjadi support dan IHSG dalam jangka pendek,” kata Dimas dalam siaran pers, Senin (9/5/2024).

Dia mengatakan, penguatan IHSG pada pekan lalu ditopang oleh dua top gainers yakni IDX Healthcare dan IDX Energy.

IDX Healthcare naik 7 persen dalam seminggu terakhir yang disebabkan kenaikan saham MIKA yang naik sebesar 5 persen dalam seminggu setelah melaporkan capaian kinerja kuartal 1 yang berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

IDX Energy dalam sepekan terakhir naik sebesar 2,5 persen yang disebabkan kenaikan saham PGAS sebesar 17 persen dalam seminggu terakhir pasca laporan kinerjanya untuk kuartal pertama tahun 2024 yang membukukan kenaikan laba sebesar 40 persen YoY.

Baca juga: IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

Dua top losers yang memberatkan market pada pekan lalu yakni IDX Transport dan IDX Consumer Cyclical.

IDX Transport melemah -1,06 persen selama seminggu terakhir. "Jika kita lihat teknikal pada sektor ini, saat ini IDX Transport sedang mengalami downtrend kuat dalam jangka pendek dan berpotensi untuk terus melanjutkan penurunan hingga area support di level 1200. Pada pekan lalu, IDX Transport ditutup di level 1.298,” lanjut Dimas.

Sementara itu IDX Consumer Cyclical menurun sebesar -0,4 persen dalam sepekan terakhir. Jika dilihat dari teknikalnya, jelas Dimas, sektor ini juga sedang mengalami downtrend kuat dalam jangka pendek dan berpotensi untuk terus melanjutkan penurunan hingga level 720, apabila tidak mampu bertahan di level saat ini di 750.

"Apabila kita lihat candle weekly sector ini, peluang penguatan sementara dapat terjadi hingga level 780 - 800,” katanya.

Baca juga: IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

 

Putusan The Fed, Kinerja "Big Banks" RI, payroll di AS

Dimas berpendapat ada tiga sentimen yang membuat market menguat pada pekan lalu yakni keputusan suku bunga The Fed, laporan kinerja kuartal I-2024 emiten di IHSG dan non-farm payroll AS bulan April.

Pada 2 Mei lalu Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan dan memprediksi bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga lagi yang terjadi di sisa tahun ini.

Namun, Jerome Powell juga menyampaikan kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini hanya akan terjadi 1x dari yang sebelumnya diprediksi akan ada penurunan suku bunga sebanyak 3x sesuai yang disampaikan pada FOMC Desember lalu.

Baca juga: Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Terkait sentimen laporan kinerja kuartal pertama 2024 emiten di IHSG, pada pekan lalu beberapa emiten telah menyampaikan laporan kinerjanya untuk kuartal 1, di antaranya adalah emiten big banks BMRI dan BBNI yang masing-masing mencatatkan kenaikan laba sebesar 1,1 persen dan 2 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

"Dari keempat bank besar yakni BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, hanya BBCA dan BBNI yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara kuartalan, sedangkan BMRI dan BBRI mengalami penurunan laba bersih jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,” jelasnya.

Dimas menambahkan setelah BMRI menyampaikan laporan kinerja untuk kuartal I, saham emiten ini turun lebih dari 10 persen dalam sehari pada 2 Mei lalu dan merupakan penurunan lebih dari 10 persen dalam 1 hari pertama dalam 12 tahun terakhir.

Baca juga: Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya Serok?

Terakhir terkait sentimen non-farm payroll AS bulan April, pada Jumat lalu telah rilis data ketenagakerjaan yang menggambarkan kondisi ekonomi di AS dan tingkat inflasi di sana. NFP April mencatatkan tambahan tenaga kerja sebesar 175.000 jauh di bawah pencapaian bulan sebelumnya yang sebesar 303.000 dan juga konsensus yang sebesar 243.000.

Setelah data ini rilis, ketiga indeks utama bursa Wall Street ditutup menguat signifikan karena market merespon data ini dengan positif dan berharap bahwa capaian data ketenagakerjaan yang jauh di bawah ekspektasi tersebut dapat berimbas positif terhadap tingkat inflasi di sana, sehingga harapan The Fed untuk menurunkan suku bunga dapat tercapai pada 2024 ini.

Baca juga: Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com