Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Indonesia Boleh Bergembira

Kompas.com - 09/12/2011, 10:25 WIB
Ester Meryana

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com — Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Kebijakan Moneter Hartadi A Sarwono menyebutkan, Indonesia boleh bergembira dengan kondisi ekonomi saat ini yang bisa tetap tumbuh tinggi sekalipun telah mengalami sedikit revisi dari target sebelumnya.

"Awalnya kita optimistis 6,7 persen (pada awal 2011 ), tapi sekarang harus ke arah 6,5 persen untuk keseluruhan tahun," ujar Hartadi, dalam seminar tahunan Bank Indonesia (BI) ke-9 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Jumat (9/12/2011).

Demikian juga dengan inflasi, di mana sejauh ini inflasi ada pada level 4,15 persen (year on year) pada November 2011 . "Kami berharap inflasi pada akhir tahun 2011 akan tetap rendah. Bisa berada di bawah 4 persen, atau lebih kecil dari 7 persen pada tahun lalu (2010 )," ujar dia.

Kondisi Indonesia yang demikian, kata Hartadi, termasuk yang tertinggi di regional Asia, termasuk China. "(Ekonomi) China tumbuh masih 9 persen. Tapi, itu sudah termasuk penurunan yang tinggi karena biasanya double digit," kata Hartadi. Apalagi negara dengan penduduk terbesar di dunia ini masih terbelit dengan angka inflasi yang tinggi.

Sementara Indonesia, terang dia, bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditambah dengan tingkat inflasi yang terkendali. "Indonesia pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan penurunan laju inflasi," tutur dia.

Sementara itu, ia juga menerangkan, imbas krisis ke sektor perbankan pun masih terbilang kecil. Ini dilihat dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17 persen, di atas syarat minium 8 persen. Dan, rasio kredit bermasalah bruto (gross NPL) di bawah 5 persen.

Sekalipun kondisi ekonomi demikian bagus, ia tetap mengingatkan, Indonesia tetap harus bersiap dengan sejumlah kebijakan dalam mengantisipasi dampak krisis Amerika Serikat dan Eropa yang belum juga menemukan solusinya. "Masalah Eropa ini tidak ada orang yang 100 persen optimistis sehingga sejak awal harus dipersiapkan antisipasinya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com