Kegagalan kapitalisme pasar dan globalisasi menjadi perbincangan yang mengarah pada ancaman yang membahayakan model demokrasi yang dianut dunia (Barat).
Selama ini, ekonomi pasar dianggap sebagai mekanisme paling berhasil untuk menciptakan kesejahteraan sepanjang masa. Ilmu pengetahuan modern pun tidak sanggup menyaingi kecepatan ekonomi pasar dalam berbagai bentuknya yang mentransformasi perekonomian dunia.
Ketika krisis keuangan dan moneter melanda Amerika Serikat (AS) dan zona euro, semua terperangah dan mencoba cari jawaban. Perdebatan berkembang tentang kapitalisme yang selama ini menjadi dasar pembenaran kemajuan ekonomi dan perdagangan bebas. Secara
Francis Fukuyama, pengarang buku The End of History and the Last Man (1992), dalam wawancara dengan majalah Der Spiegel, Jerman, meyakinkan bahwa krisis yang sekarang terjadi merupakan proses dari salah satu bagian globalisasi.
”Kita mengasumsikan perlunya dunia bergerak cepat ke era pasca-industrialisasi dan pasca-manufakturisasi. Namun, dengan melakukan ini kita melupakan alasan sebenarnya di balik sosialisme yang tak pernah tinggal landas di AS, menghadirkan kenyataan baru ekonomi modern yang menghasilkan masyarakat kelas menengah di mana sebagian besar populasi menikmati status kelas menengah itu. Mereka bekerja di industri yang ditinggalkan di negara kita yang berpindah ke negara seperti China,” kata Fukuyama.
Ekonom Peru ternama, Hernando de Soto, dalam tulisannya di Financial Times (29/1), menyebutkan alasan terjadinya kontraksi modal dan kredit di AS dan Eropa selama lima tahun terakhir adalah karena pengetahuan mengikuti perkembangan kapitalisme pasar selama lebih dari 200 tahun. ”Perlu mengidentifikasi persoalan untuk bisa menghubungkan dan menggabungkan bagian-bagian profitabilitas masing-masing yang tanpa disadari telah dihancurkan,” katanya tentang resesi Eropa kini.
Majalah The Economist (21/1) melihat dalam konteks lebih luas. Resesi global yang merongrong kapitalisme liberal memunculkan potensi alternatif baru, kapitalisme negara dengan menggabungkan kekuatan negara dan kekuatan kapitalisme. Elemen-elemen itu sebenarnya sudah tampak pada masa lalu, seperti kebangkitan Jepang pada tahun 1950-an ataupun di Jerman pada era 1870-an.