Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Perbankan Tertekan Inflasi

Kompas.com - 26/03/2012, 02:56 WIB

Jakarta, Kompas - Kendati suku bunga acuan (BI Rate) saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah, pertumbuhan kredit perbankan tahun ini tidak akan melonjak tinggi. Diperkirakan, pertumbuhan kredit perbankan tahun ini 24-25 persen, tidak berbeda jauh dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2011 yang mencapai 24,6 persen.

Ada dua hal yang menyebabkan pertumbuhan kredit tertahan. Sebagaimana dikemukakan ekonom Standard Chartered, Eric Sugandi, kepada Kompas, inflasi yang diprediksi meningkat tahun ini menjadi penyebab. ”Dengan tekanan inflasi yang cukup besar, masyarakat akan memilih membeli kebutuhan utama lebih dulu, seperti makanan,” kata Eric, di Jakarta, Minggu (25/3).

Inflasi itu, antara lain, akibat perubahan kebijakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Bank Indonesia (BI) bahkan sudah memperkirakan inflasi sebesar 6,8-7,1 persen apabila premium dinaikkan harganya sebesar Rp 1.500-Rp 2.000 per liter.

Meskipun BI meyakini dampak kenaikan harga BBM bersubsidi itu cukup terbatas, yakni hanya sekitar tiga bulan, angka inflasi itu dapat menembus target BI. Tahun 2012, BI menargetkan inflasi sebesar 3,5-5,5 persen.

Penyebab lain tertahannya kredit perbankan adalah kebijakan BI yang baru saja diterbitkan, yakni uang muka minimum untuk pembelian rumah dan kendaraan bermotor secara kredit. Pembelian rumah dengan luas di atas 70 meter persegi harus menyediakan uang muka minimum 30 persen dari harga rumah. Untuk membeli kendaraan bermotor roda dua harus menyediakan uang muka minimum 25 persen dan kendaraan bermotor roda empat menyediakan uang muka 30 persen dari harga kendaraan.

Menurut Eric, tanpa dua hal tersebut, yaitu inflasi yang melonjak serta aturan kredit rumah dan kendaraan bermotor, semestinya kredit perbankan bisa tumbuh 27-30 persen pada tahun ini. Akan tetapi, kredit perbankan tidak terlalu tertekan pertumbuhannya, karena suku bunga acuan yang masih cukup rendah, sehingga masih dapat tumbuh 24-25 persen pada tahun ini.

Manager Analyst Financial Institution ICRA Indonesia Kreshna D Armand menyebutkan, kredit perbankan akan tumbuh 20-23 persen pada tahun 2012. Angka ini justru lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan kredit tahun 2011.

Menurut Kreshna, tahun 2012 merupakan tahun tantangan bagi bank untuk menyiapkan skenario menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak terlalu baik. Di Indonesia, tantangan itu berupa rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada triwulan II tahun 2012 yang akan memicu inflasi serta aturan minimum uang muka kendaraan dan rumah. Total kredit perbankan per akhir Desember 2011 sebesar Rp 2.200 triliun, dengan pertumbuhan kredit 24,6 persen. Angka pertumbuhan kredit ini melampaui perkiraan ICRA Indonesia, yakni 23,5 persen.

Kredit dalam bentuk valuta asing per akhir tahun 2011 sebesar Rp 361,142 triliun, meningkat 32 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2010 yang mencapai Rp 273,438 triliun. Kredit dalam bentuk rupiah tercatat Rp 1.838 triliun, tumbuh 23,2 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2010 yang sebesar Rp 1.492 triliun.

Menurut Kreshna, secara komposisi, rupiah memang masih mendominasi kredit perbankan, yakni 83,6 persen dari total kredit tahun 2011. Akan tetapi, porsi kredit rupiah ini turun dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2010 yang mencapai 87,8 persen. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com