Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arif, Kenalkan Kelom Geulis hingga Eropa

Kompas.com - 01/04/2012, 10:41 WIB

Selain terobosan di bidang pemasaran, kunci kesuksesan Arif adalah gencar melakukan inovasi produk. Misalnya, ia memperbanyak desain dan bentuk kelom geulis. Dengan cara ini, model dan bentuk kelom semakin bervariasu. "Dalam desain, saya juga mulai mengembangkan motif mega mendung khas Cirebon, dan motif lainnya," jelas Arif.

Kelom geulis selama ini memang dikenal sandal cantik dengan aneka hiasan dan ukiran. Karena hiasannya itu, sandal sederhana yang terbuat dari kayu ini bisa tampil menarik dan sedap dipandang. Selain itu, adanya ukiran dalam kelom, "Harga sandal ini menjadi mahal," ujarnya.

Arif akrab dengan kerajinan sandal kelom geulis sejak kecil. Maklum, orang tuanya sudah menggeluti usaha penjualan sandal tersebut sejak tahun 1980-an. Usaha orang tuanya ini dirintis dari kios eceran di salah satu pasar tradisional di Tasikmalaya, Jawa Barat. Awalnya, orang tuanya hanya sebagai pedagang dengan mengambil barang dari para perajin sandal di daerah tersebut. Lalu, sandal-sandal itu dipasarkan hingga keluar kota. "Saat itu, ayah saya memasok sandal hingga ke Bogor dan Jakarta," kata Arif.

Kios sandal milik orang tuanya terus berkembang. Dari waktu ke waktu, jumlah pelanggan makin banyak. Di wilayah Bogor, orang tuanya memasok sandal ke beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Cisarua dan Cipanas. Sementara di Jakarta rutin memasok ke Pasar Jatinegara. "Saat itu, saya sering bantu-bantu orang tua jaga kios," kenang Arif.

Sebagai pedagang, orang tuanya termasuk jeli melihat peluang bisnis. Menyadari tingginya permintaan pasar, orang tua Arif memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Tepat tahun 1995, orang tuanya membuka bengkel pembuatan sandal khas Tasikamalaya tersebut.

Selain kelom geulis, orang tuanya juga memproduksi sandal kulit. Untuk mendukung kelancaran usahanya, mereka mendirikan bendera usaha bernama PD Zunzun. Seiring berjalannya waktu, permodalan orang tuanya juga semakin kuat. Sejak itu, diputuskanlah mendirikan dua bengkel yang masing-masing fokus pada usaha pembuatan sandal kulit dan kelom geulis.

Sumber daya manusia diperkuat dengan 40 perajin yang sudah sangat berpengalaman. "Usaha orang tua saya menunjukkan kemajuan pesat saat krisis 1998, saat itu banyak pesanan yang masuk," ujar Arif mengenang.

Kebanyakan order yang masuk buat diekspor oleh para pedagang. Sementara di dalam negeri, pemasaran kelom masih terbatas di wilayah Jawa Barat dan Jakarta saja. Lantaran faktor usia, di tahun 2006, orang tuanya mewariskan usaha tersebut ke Ari. Kendati belum lama memegang kendali usaha, banyak kemajuan usaha yang dicapai Arif.

Di tangan Arif, PD Zunzun sukses merambah pasar sandal hingga ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak tersentuh. Bahkan, sandal buatannya juga sudah merambah pasar Eropa. Selain sukses memperlebar pasar, ia getol melakukan inovasi produk.

Terobosan yang dilakukannya adalah memperkuat sarana pendukung produksi, sehingga proses produksi menjadi lebih efisien. Hingga saat ini, PD Zunzun telah memiliki 40 unit mesin jahit berbagai jenis dan ukuran. Selain itu ada juga mesin cangklong, mesin press otomatis dan manual, mesin penipis kulit, ruang oven, mesin oven elektrik, gergaji besar, penyedot debu, dan peralatan kecil lainnya.

Untuk bahan dasar pembuatan sandal, selain kulit hewan, PD Zunzun juga menggunakan bahan dasar pembuatan sandal dari kulit sintetis dan kayu. "Seluruh proses produksi dilakukan satu atap, sehingga lebih gampang mengawasi quality control dari produk kami," ujar Arif.

Atas berbagai inovasinya itu, PD Zunzun terus berkembang sebagai industri kecil dengan daya inovasi besar. Tak heran bila sebagai industri skala kecil, kini eksistensi PD Zunzun kian mendapat pengakuan.

Misalnya pada 2007 silam, PD Zunzun terpilih sebagai salah satu UKM Terseleksi Dji Sam Soe Award. Selain itu juga mendapat penghargaan Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2010 dari produsen rokok Bentoel.  (Havid Vebri/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com