Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angan Menghadirkan Kereta Peluru Bebas Hambatan

Kompas.com - 05/05/2012, 08:35 WIB

Namun, lantaran pernah bertabrakan pada medio 2011 yang menewaskan 39 penumpang dan 200 penumpang luka-luka, CRH380 tidak boleh dioperasikan dengan kecepatan maksimal 300-350 kilometer per jam. Pemerintah China membatasi kecepatannya harus di bawah 300 kilometer per jam.

Pada hari berikutnya, rombongan PT KAI menjajal kereta supercepat di Shanghai, Shanghai Maglev Train. Kereta berteknologi magnet itu berangkat dari Stasiun Long Yang Shanghai menuju Stasiun Bandara Internasional Pudong dengan harga tiket 50-160 yuan atau Rp 70.000-Rp 224.000 tergantung kelasnya.

Dengan kecepatan 301 kilometer per jam, Maglev Train sampai ke tempat tujuan yang berjarak 31 kilometer dalam tempo 7 menit 20 detik. Dengan bus rute sama, perjalanan menghabiskan waktu 33 menit, dengan catatan tanpa macet.

Maglev Train bisa melaju dengan kecepatan maksimum 431 kilometer per jam. Dengan rute Stasiun Long Yang Shanghai-Stasiun Bandara Internasional Pudong, perjalanan ditempuh dalam tempo 2 menit 58 detik.

Pemerintah China menguji coba Maglev Train pada 12 November 2003. Saat uji coba tersebut, kecepatan maksimum mencapai 501 kilometer per jam. Kemudian baru pada 2004, kereta magnetik tersebut diluncurkan sebagai angkutan publik.

Pada jam biasa, kecepatan kereta hanya sekitar 350 kilometer per jam. Adapun pada jam sibuk mencapai 430 kilometer per jam. Kecepatannya itu melebihi kereta TGV di Perancis yang berkecepatan 320 km per jam.

Mimpi Indonesia

Direktur PT KAI Ignasius Jonan mengatakan, studi banding itu bertujuan menambah perspektif dan wawasan baru bagi karyawan PT KAI yang berprestasi. Mereka bisa belajar dari China tentang tata cara pengelolaan, pelayanan, dan etos kerja para pegawai kereta api di sana.

Melalui kegiatan itu, PT KAI berharap para karyawan dapat menghadapi perubahan-perubahan perkeretaapian yang terus berkembang. Mereka juga diharapkan dapat semakin menghidupi lima nilai utama PT KAI, yaitu integritas, profesional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima.

”Setidaknya mereka yang biasanya melayani penumpang bisa merasakan dilayani dan menjadi penumpang. Saya berharap apa yang mereka terima dan alami pada saat studi banding itu bisa ditularkan ke rekan-rekan kerja lain,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com