Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Fosil Kayu Jadi Kerajinan Bernilai Ratusan Juta

Kompas.com - 23/07/2012, 08:47 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

Baik bagi perajin maupun pemerintah, pengolahan fosil kayu di dalam negeri lebih menguntungkan daripada hanya mengekspor dalam bentuk mentah atau bongkahan besar. Andri mengaku, dalam setahun, industri binaan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten ini mampu mengekspor satu ton, dari berbagai jenis budidaya fosil kayu.

Untuk pasar domestik sendiri, menurut Andri, barang seperti ini juga dilirik oleh kalangan pejabat, terutama pajangan jenis akik es. Adapun harga dan jenisnya, mulai dari pajangan jenis akik es dengan berat minimal 70 kilogram dihargai Rp 200 juta-Rp 1 miliar, semi-akik es seharga Rp 17,5 juta-Rp 100 juta, hingga pajangan berbentuk hewan atau abstrak yang dihargai Rp 300.000-Rp 1 juta (berat kurang dari satu kilogram).

Untuk jenis pajangan berbentuk abstrak dengan ukuran besar, bagian kaki-kakinya ditopang oleh tatakan yang terbuat dari kayu jati. Tingkat kemahalan harga juga dipengaruhi oleh berat, ukuran, kualitas, nilai estetika, dan artistik, hingga tingkat kesulitan proses pembuatannya. "Sekarang ini, dalam proses transaksi barang jadi, memang belum ada semacam surat atau sertifikatnya. Yang menandakan barang ini asli baru dari kuitansi pembeliannya saja," ungkapnya.

Andri mengaku prihatin, hingga saat ini masih marak ekploitasi dan ekpor secara besar-besaran terhadap fosil kayu masih dalam bentuk mentah, termasuk di daerah Banten. Padahal, peningkatan nilai tambah tambang ekspor melalui pengolahan sudah diatur oleh beberapa peraturan pemerintah, seperti UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba dan Kepmendag Nomor 29/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan.

Untuk diketahui, Thailand sebagai negara yang sama-sama penghasil fosil kayu, mendirikan museum dan pusat penelitian fosil kayu dan mineral di Provinsi Nakhon Rhatcashima pada 1999. Adapun Amerika menjadikan kawasan fosil kayu Arizona (pada 1963) dan Missisipi (1966) sebagai taman nasional fosil kayu. Itu semua dilakukan guna pelestarian, pemanfaatan optimal, dan pemberian nilai tambah dari SDA tak terbarukan tersebut.

"Memang, cara orang paling mudah untuk menjual barang tambang beginian ya dijual kiloan. Biar lebih cepat dapat uangnya. Padahal jika kita berpikir, kalau menjualnya dalam bentuk raw material (mentah), misalnya ke China atau Korea, pastinya mereka akan menjualnya kembali dalam bentuk sudah jadi ke negara lain atau ke kita juga," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com