Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ampas Tebu pun Jadi Bahan Bakar

Kompas.com - 29/01/2013, 15:23 WIB
Agnes Swetta Br. Pandia

Penulis

Kondisi pabrik prima dan bersih berpengaruh pada tingkat kehilangan pol yang kecil. Pol adalah jumlah gula yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari teknis pengukuran di pabrik. Pabrik bisa menekan tingkat kehilangan bahan olahan sehingga bisa mengoptimalkan efisiensi.

"In-house keeping yang baik bisa mencegah kebocoran dan tumpahan dalam rantai produksi di pabrik gula," katanya.

Swasembada gula Meningkatnya konsumsi masyarakat, otomatis beban 31 pabrik gula di provinsi ini bertambah. Secara nasional produksi gula mencapai 2,3 juta ton, sementara kebutuhan 5 juta ton, sehingga pemerintah perlu impor 2,7 juta ton atau (54 persen) berupa gula kristal putih dan gula kristal rafinasi untuk industri.

Pada 2014, diproyeksikan kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton, terdiri dari gula konsumsi 3,5 juta ton yang diproduksi oleh 65 pabrik gula di Indonesia, dan gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman sebanyak 2,2 juta ton.

Sementara PTPN X menargetkan produksi gula pada 2013 mencapai 538.000 ton naik dari estimasi 2012 sekitar 494.000 ton. Target tersebut kata Subiyono bisa tercapai karena aksi korporasi tahun depan, berupa perluasan areal tanam tebu dan optimalisasi kapasitas terpasang mesin produksi pada 11 pabrik gula.

Untuk menyokong target tersebut, PTPN X mempersiapkan belanja modal sebesar Rp 960 miliar. Realisasi produksi tersebut menyumbang sekitar 20 persen dari total produksi gula nasional sebesar 2,56 juta ton gula konsumsi.

Untuk itu pada 2013, PTPN X akan memperluas area tanam tebu hingga 76.000 hektar dari 72.000 hektar tahun 2012. Rinciannya, 1.000 hektar di Pulau Madura dan 3.000 hektar di Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Seluruh lahan tebu milik rakyat, kendati demikian target 538.000 ton gula tahun 2013 bisa tercapai.

Guna mencapai swasembada gula, tak perlu menunggu hingga 2014, termasuk wacana membangun pabrik gula di luar Pulau Jawa. Alasannya, dengan 62 pabrik gula yakni 51 PG milik BUMN dan 11 milik swasta, memiliki kapasitas cukup untuk mewujudkan swasembada gula sebesar 3,1 juta ton.

Dengan asumsi rendemen 9 persen dan hari giling 160 hari di 62 PG, produksi gula nasional diyakini bisa menembus 3.136.000 ton gula. Dengan memperluas lahan tebu dan rendemen bagus, petani tidak akan beralih ke komoditas lain yang dinilai lebih menjanjikan. Sebab kenaikan harga gula juga cukup menarik minat petani bertahan di tanaman tebu.

Ketua Asosiasi Perkebunan Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil mengatakan, jika Indonesia ingin swasembada gula nasional, maka lahan tebu harus diperluas hingga 750.000 hektar.

Selain itu, produksi per hektar mencapai 100 ton dan rendemen minimal 10 persen. Indonesia saat ini baru memiliki lahan tebu seluas 451.000 hektar dan rendemen rata-rata nasional 8 persen. "Jika digarap serius perluasan lahan bisa terwujud dalam lima tahun," katanya.

Langkah lain adalah pemerintah harus melakukan efisiensi dan revitalisasi PG agar terjadi peningkatan rendemen. Langkah penegakan hukum juga dilakukan untuk mengantisipasi beredarnya gula impor secara ilegal.

Alasannya, dari 4,7 juta ton kebutuhan gula di Indonesia, sebanyak 2,1 jt ton di antaranya masih impor. Gula nasional yang dihasilkan dari 62 PG hanya 2,6 juta ton setahun.

Dalam upaya merealisasikan swasembada, PTPN X juga serius dalam upaya diversifikasi produk. Penggarapan produk turunan tebu jangan hanya berfokus pada gula karena masih banyak produk turunan tebu yang berpotensi untuk dikembangkan secara komersial.

Produk turunan itu kata Subiyono selaku Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) antara lain program co-generation yang mengolah ampas tebu menjadi listrik dan mengolah tetes tebu menjadi bioetanol. Jadi saatnya pabrik gula (PG) fokus pada produk turunan tebu nongula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com