Namun, mantan Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli menganggap, argumentasi efisiensi tidak jelas. Argumentasi agar rupiah kelihatan lebih gagah juga sama sekali tidak tepat. "Istilah redenominasi juga membingungkan rakyat biasa," ujarnya.
Menurut Rizal, mestinya redenominasi dilakukan ketika suatu negara baru saja mengalami inflasi yang sangat tinggi. Dalam kasus itu, redenominasi diperlukan untuk stabilitasi ekonomi. Saat ini, inflasi terkendali. "Kok ujuk-ujuk mau redenominasi?” imbuhnya.
Rizal menambahkan, kebijakan redenominasi hanya bertujuan memberi kesan bahwa mata uang rupiah kuat. Padahal, yang penting, bukan nilainya, melainkan stabilitas nilai tukarnya. Negara seperti China bahkan membiarkan mata uangnya melemah untuk memacu pertumbuhan industri di negerinya.
Nanti, seiring kemajuan ekonomi, mata uang akan menguat sendiri seperti yen, sehingga tidak perlu kebijakan yang bersifat artifisial seperti redenominasi. "Redenominasi tidak ada urgensinya dan tidak bermanfaat," ujar Rizal.
Pro dan kontra seputar redenominasi memang merebak. Namun, pemerintah dan BI jalan terus dengan rencananya. (Umar Idris, Dikky Setiawan/Kontan)
Baca juga:
Apa Manfaat Redenominasi Rupiah?
Plus-Minus Redenominasi
Apa Dampak jika Redenominasi Tidak Dilakukan?
Ikuti perkembangannya di Topik Redenominasi Rupiah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.