Jakarta, Kompas -
”Kondisi ini disebabkan lemahnya penguasaan desain, teknologi produksi, aspek penyelesaian, dan pengelolaan merek produk,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Dedi Mulyadi di Jakarta, Rabu (20/2).
Dedi mengatakan hal tersebut pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara Pusat Inovasi Rotan Nasional Kemenperin dengan Innovationszentrum Lichtenfels, yakni lembaga pusat inovasi Jerman.
Nota kesepahaman tersebut menjadi dasar kerja sama luas dalam pengembangan sektor industri kedua negara, khususnya dalam inovasi rotan.
Ketua Innovationszentrum Lichtenfels Auwi Stubbe mengatakan, pembicaraan intensif kesepahaman sudah dilakukan di Jerman dan Indonesia dua tahun terakhir.
Desainer Jan Armgardt menuturkan, harus ada desainer Indonesia yang mengkhususkan diri memetakan selera pasar di luar negeri. ”Ini karena produk furnitur rotan yang dihasilkan Indonesia nantinya akan diekspor ke luar negeri,” kata Jan.
Berdasar data surveyor, ekspor produk rotan Indonesia periode 1 Januari-30 September 2012 tercatat lebih dari 157 juta dollar AS. Sebagai perbandingan, total ekspor produk rotan tahun 2011 hanya 100 juta dollar AS.