Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Rupiah Seiring Kontrol Utang Swasta

Kompas.com - 23/03/2013, 02:25 WIB

Jakarta, Kompas - Proses memperhatikan dengan saksama posisi utang luar negeri swasta maupun pemerintah selayaknya dilakukan seiring menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamen perekonomian nasional. Pemerintah pun didesak tidak tinggal diam untuk menanggulangi beban anggaran untuk subsidi.

”Selama nilai tukar rupiah tidak bergerak liar di atas ambang psikologis Rp 10.000 per dollar AS, utang luar negeri swasta belum menjadi faktor risiko yang dapat memicu lingkaran krisis yang dimulai dari krisis utang swasta,” kata ekonom Sustainable Development Indonesia Dradjad Hari Wibowo kepada Kompas di Jakarta, Jumat (22/3).

Masalahnya, menurut Dradjad, neraca perdagangan dan transaksi berjalan serta tren inflasi saat ini telah membuat rupiah tertekan. Dradjad menyatakan, saat ini rupiah sudah diperdagangkan melebihi fundamennya. Sepekan ini, merujuk pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 25 poin ke level Rp 9.743 per dollar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menyatakan, ekonomi Indonesia saat ini menghadapi defisit kembar (twin deficit) yang cukup serius.

Rasio defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013 sebesar 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), dan defisit transaksi berjalan sebesar 2,7 persen dari PDB.

”Pengalaman krisis tahun 1997-1998 di antaranya karena defisit kembar yang dibiayai dengan porsi utang swasta yang besar. Saat ini utang luar negeri swasta mencapai 49,8 persen dari total utang luar negeri Indonesia sebesar 242 miliar dollar AS,” kata Lana.

Dradjad menyatakan, faktor risiko terbesar saat ini ada pada neraca perdagangan dan penyebab utamanya adalah impor migas. Sebagai Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional, partai pendukung pemerintah, Dradjad mengaku sangat mengerti keengganan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta A Tony Prasetiantono menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya berpikir bahwa subsidi energi senilai Rp 300 triliun adalah jumlah yang sangat besar. Jumlah itu bahkan lebih besar daripada ongkos perkiraan untuk pembuatan jembatan Selat Sunda senilai Rp 200 triliun.

”Saya usul agar harga BBM dinaikkan menjadi Rp 6.000 per liter. Namun khusus untuk sepeda motor harganya tetap seperti saat ini sebesar Rp 4.500 per liter,” kata Tony. (BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com