Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Pengurangan Subsidi BBM, Pemerintah Jangan Bicara Saja

Kompas.com - 04/04/2013, 11:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah jangan sebatas berwacana mengenai kebijakan penurunan subsidi bahan bakar minyak. Pemerintah harus segera memutuskan solusi paling efektif dan minim risiko dalam mengurangi besaran subsidi itu.

”Boleh bicara apa saja soal pengurangan subsidi BBM, tetapi laksanakan, jangan bicara saja. Dari semua pilihan tak ada yang enak,” kata Jusuf Kalla, Rabu (3/4/2013), saat ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta.

Jusuf Kalla menilai, pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus mempertimbangkan teknis pelaksanaannya, kebutuhan investasi untuk pengadaan teknologi informasi sangat besar dan belum tentu bisa efektif, serta tetap harus ada pembatasan. Penghematan konsumsi Premium juga tidak signifikan hasilnya dan berisiko terjadi kelangkaan ketersediaan BBM bersubsidi.

”Kenapa tidak memakai cara yang sederhana saja, yaitu mengurangi subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM bersubsidi? Semua orang sudah pernah mengalami ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan menjadi Rp 6.000 per liter, tak ada yang protes,” ujarnya. Namun, sejauh ini pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM bersubsidi.

Menurut Kalla, tak ada keputusan terkait subsidi BBM yang tidak ada risikonya. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan, pemerintah sebaiknya mengambil kebijakan yang paling ringan risikonya. ”Tidak menaikkan harga pun risikonya lebih besar. Jadi, tidak menaikkan harga pun punya risiko, mengurangi konsumsi BBM bersubsidi dengan bermacam-macam cara juga punya risiko, jadi ambil kebijakan yang risikonya paling kecil,” katanya.

Ada kekhawatiran pemerintah bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan membebani masyarakat miskin. ”Padahal, sebenarnya tidak pernah ada masalah lagi soal kenaikan harga. Yang selalu ditakutkan dulu kalau naik harga itu, kan, minyak tanah. Sekarang minyak tanah bukan soal lagi setelah ada program konversi minyak tanah ke elpiji. Jadi, kalau sekarang harga dinaikkan, efeknya kecil,” kata Kalla.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan, pemerintah belum memutuskan solusi yang ada guna mengurangi subsidi BBM. Saat ini pemerintah masih mengkaji beberapa opsi yang dinilai paling baik dengan menghitung kemampuan bayar masyarakat agar tidak membebani kelas bawah.

Opsi itu, antara lain, membuat produk BBM beroktan 90. Saat ini, BBM Premium beroktan 88 dan Pertamax beroktan 92. Sejauh ini belum ada rencana menaikkan harga BBM bersubsidi.

”Kami sedang membahas apa opsi paling baik, bisa menyelamatkan APBN, tetapi juga tak memberatkan masyarakat. APBN harus selamat, tetapi kemampuan rakyat juga harus dihitung,” katanya.(EVY/LAS/K10/WER/PRA/EGI/GRE/DRA)

Ikuti artikel terkait di Topik Subsidi BBM untuk Orang Kaya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

    Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

    Whats New
    Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

    Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

    Whats New
    Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

    Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

    Whats New
    Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

    Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

    Whats New
    Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

    Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

    Whats New
    Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

    Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

    Whats New
    Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

    Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

    Whats New
    IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

    IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

    Whats New
    Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

    Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

    Whats New
    Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

    Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

    Whats New
    Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

    Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

    Whats New
    KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

    KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

    Whats New
    Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

    Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

    Whats New
    Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

    Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

    Whats New
    Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

    Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com