Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Pangkas Proyeksi

Kompas.com - 18/04/2013, 03:17 WIB

WASHINGTON, Selasa - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk tahun 2013. Resesi di kawasan zona euro menjadi penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi global ini. Pemulihan diprediksi akan terjadi pada semester kedua.

Penilaian terbaru tentang perekonomian global itu dikeluarkan IMF di kantor pusat mereka di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (16/4).

IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini sebesar 3,3 persen, turun dari perkiraan Januari lalu yang sebesar 3,5 persen. Dengan perkiraan tersebut, ekonomi global hanya datar dari pertumbuhan tahun 2012 yang sebesar 3,2 persen.

Selain resesi di zona euro, pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban di AS juga membuat pertumbuhan global tidak terlalu laju tahun ini.

IMF juga mengungkapkan kekhawatiran semakin besarnya fragmentasi global antara negara berkembang yang dinamis dan AS yang pertumbuhannya tetap lamban, juga zona euro yang tetap resesi.

”Keadaan kita lebih baik, tetapi kita belum keluar dari kesulitan,” ujar ekonom kepala IMF, Olivier Blanchard.

Risiko berjangka pendek tetap ada, khususnya di zona euro. Dana talangan untuk Siprus dan melemahnya perekonomian Italia masih berpotensi menjadi masalah. ”Penurunan di zona euro mengkhawatirkan,” kata Blanchard.

IMF juga memperkirakan pertumbuhan akan melemah di negara berkembang besar, seperti Rusia, China, Brasil, dan India.

”Prospek perekonomian global sudah berkembang lagi, tetapi jalan menuju pemulihan masih tidak mulus. Pemerintahan tidak dapat berpuas dan melemahkan,” demikian antara lain isi Laporan Prospek Ekonomi Global IMF.

Secara umum, prospek perekonomian global lebih baik dibandingkan dengan dua tahun terakhir. Namun, dua kekuatan ekonomi besar, yaitu AS dan zona euro, tetap melemah.

IMF memperkirakan pertumbuhan AS sebesar 1,9 persen tahun ini karena ada pemangkasan anggaran pemerintah yang lebih besar dari perkiraan. Adapun zona euro diperkirakan terkontraksi sebesar 0,3 persen. Pertumbuhan ekonomi di negara besar Eropa, Jerman, diperkirakan kurang dari 1 persen tahun ini.

Asia beragam

Sementara itu, untuk kawasan Asia, IMF memberikan gambaran yang beragam. IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk China menjadi 8 persen dari 8,2 persen. Sebelumnya, pemeringkat Moody’s memangkas prospek kredit China dari positif menjadi stabil. Alasannya, negara itu menanggung kredit pemerintah daerah, pesatnya kucuran kredit, dan reformasi ekonomi yang berjalan di tempat.

Sebaliknya, IMF memperkirakan langkah stimulus fiskal Jepang pada akhir tahun ini akan membantu stagnasi. IMF lebih optimistis terhadap Jepang. Diprediksi, pertumbuhan Jepang akan mencapai 1,6 persen pada 2013 dan 1,4 persen pada 2014. Januari lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan Jepang hanya 0,4 persen dan 0,7 persen.

Pertumbuhan di kawasan akan naik sedikit menjadi 5,75 persen. Kenaikan ini sebagian besar ditopang oleh pemulihan permintaan dari luar kawasan serta konsumsi dan investasi swasta di dalam kawasan Asia sendiri.

Akan tetapi, IMF juga memperingatkan kemungkinan bahaya di luar dan dalam kawasan dapat menurunkan skenario positif tersebut.

IMF memperkirakan lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, akan bertumbuh 5,9 persen, turun dari prediksi 6,1 persen. (AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com