Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepatu Anti-kekerasan Seksual Buatan Putra Kopral Kepala

Kompas.com - 16/05/2013, 04:05 WIB

Pinjam uang

Proses pembuatan sepatu itu tidak semudah membalik telapak tangan. Hibar pertama menceritakan idenya kepada sang bunda, Ny Sri Hendrayanti (42). Ia mendapat dukungan penuh dari Sri. Jamaluddin (46), sang ayah, pun mendukung. Jamaluddin meminta bantuan kerabat yang paham sistem kelistrikan untuk membimbing Hibar.

Berkali-kali Hibar gagal. Tersengat listrik pun sudah tak terhitung. Ia juga berusaha berhemat sehingga model awal bisa dibuat dengan modal sekitar Rp 1 juta. Uang itu tabungan Hibar serta dukungan dari ayahnya.

”Untuk sol sepatu, saya sampai ke Ciomas (Kabupaten Bogor). Karena di sana menjual partai besar, saya minta sepasang sol contoh. Itu yang saya gunakan,” katanya.

Hasilnya, di ajang NYIA LIPI, sepatu anti-kekerasan seksual itu menjadi salah satu finalis. Hibar juga ditawari LIPI untuk mengikutsertakan karyanya dalam International Invention, Innovation, and Technology Exhibition 2013 yang diselenggarakan Ministry of Science, Technology, and Innovation Malaysia di Kuala Lumpur, 9-11 Mei 2013. Biaya transportasi dan akomodasi Hibar ditanggung LIPI.

”Itu kesempatan besar, jadi saya berusaha membantu mencarikan uang untuk anak saya menyempurnakan sepatu. Apalagi ini bisa membanggakan negara,” ujar Jamaluddin.

Jamaluddin yang sehari-hari bertugas di Pusat Pendidikan Zeni TNI Angkatan Darat di Bogor dengan pangkat kopral kepala itu mengaku meminjam uang Rp 2 juta dari mertuanya. Keluarga Kopral Kepala Jamaluddin hidup sederhana. Sebagai prajurit, ia mendapat gaji berikut berbagai tunjangan, termasuk beras dan lauk-pauk maksimal Rp 3,5 juta per bulan. Ia harus menghidupi istri dan dua anak. Karena itu, seusai waktu dinas, Jamaluddin juga menyambi menawarkan jasa ojek di Baranangsiang, Kota Bogor. Ia bisa mendapat tambahan Rp 10.000-Rp 50.000 dari menawarkan jasa ojek selama 4-5 jam.

”Saya sudah mengirim proposal minta bantuan ke Wali Kota Bogor, tetapi hingga anak saya pulang, tidak ada tanggapan. Saya hanya bisa mengelus dada,” kata Jamaluddin. Namun, ia juga bersyukur ada orang- orang yang peduli, lalu membantu. Termasuk ada yang sebulan terakhir membiayai anaknya kursus bahasa Inggris.

Produksi massal

Pengorbanan sang ayah tidak sia- sia. Di Malaysia, karya Hibar mendapat pengakuan. Sepatu anti-kekerasan seksual itu meraih medali emas untuk kategori safety and health. Karyanya pun semakin baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com