Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Terjadi Gelembung Properti?

Kompas.com - 17/05/2013, 13:52 WIB
Tjahja Gunawan Diredja

Penulis

Menurut Darmadi, pembelian properti secara tunai dan tunai bertahap untuk rumah kelas menengah atas meningkat. Akibatnya, kredit pemilikan rumah (KPR) untuk kelompok ini turun.

Saat ini pasar properti komersial memang sedang menguat, permintaannya sangat tinggi, sehingga pengembang maupun investor berlomba untuk membangun dan menginvestasikan uangnya di sektor properti. Lihat saja pembangunan properti komersial di sepanjang Jalan Simatupang, Jakarta Selatan, yang kini marak, baik gedung-gedung perkantoran, hotel, maupun apartemen baru.

Sekarang, wilayah Simatupang merupakan pusat kawasan bisnis baru di samping yang sudah ada di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dan kawasan Kuningan, Jakarta.

Melonjaknya permintaan terhadap produk properti komersial, antara lain juga didorong oleh tumbuhnya lapisan kelas menengah baru di Indonesia. Menurut McKinsey Global Institute, saat ini jumlah kelas menengah di Indonesia sekitar 50 juta orang, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat jadi 170 orang. Definisi kelas menengah di sini adalah penduduk dengan pendapatan bersih per tahun di atas 3.600 dollar AS.

Lembaga ini memperkirakan, pada tahun 2030 perekonomian Indonesia memiliki kemungkinan untuk menjadi nomor 6 di dunia. Dengan demikian, perkembangan industri properti sangat ditentutakan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ibarat gerbong dan lokomotif kereta api. Jika lokomotif kereta bisa berjalan cepat, otomatis gerbongnya akan melaju kencang. Sepanjang masinis keretanya memiliki kepekaan untuk mengatur laju kecepatan kereta, maka kereta dan penumpang di dalamnya akan selamat.

Selama pemerintah dan BI bisa menjaga kebijakan fiskal dan moneter dengan baik, diharapkan momentum emas pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terus dijaga sehingga kekhawatiran akan terjadinya gelembung properti bisa ditepis. Semoga. (Tjahja Gunawan Diredja)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com