Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakrie Tunda Bawa Pulang BUMI

Kompas.com - 13/02/2014, 07:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Transaksi pemisahan investasi Grup Bakrie di Asia Resource Minerals (ARMS), dulu bernama Bumi Plc, kembali molor. Grup Bakrie berani menawar pembelian kembali (buyback) saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dari Asia Resource Minerals Plc (ARMS) dengan harga premium, namun tak kunjung mampu merealisasikannya.

Dalam pernyataan di situs resmi ARMS, Rabu (12/2/2014), manajemen perusahaan asal London itu menyatakan telah menerima permintaan Grup Bakrie untuk menunda penyelesaian transaksi buyback saham BUMI dari jadwal semula, pada 21 Februari 2014 mendatang. "Kami sedang berdiskusi dengan Grup Bakrie untuk menelaah alasan penundaan ini, sekaligus mengambil keputusan atas permintaan ini berdasarkan dalih-dalih (Bakrie)," tulis manajemen ARMS.

Penundaan ini merupakan yang keempat kalinya diminta Grup Bakrie. Pada awalnya, transaksi perceraian ini sudah dilakukan pada 15 Januari 2014. Namun, tanpa menyebut alasannya, Grup Bakrie, kata manajemen ARMS, tidak bisa menyelesaikan transaksi tepat waktu.

Akhirnya, transaksi ditunda hingga 17 Januari 2013. Namun, pada saat itu, transaksi belum juga bisa selesai dan kembali mundur hingga 20 Januari 2014. Manajemen ARMS kemudian memberikan perpanjangan kepada Grup Bakrie untuk menyelesaikan buyback BUMI hingga 21 Februari ini. Ternyata, Bakrie kembali gagal memenuhi tenggat tersebut.

Chris Fong, Juru Bicara Grup Bakrie menyatakan, pihaknya sejatinya tetap berkomitmen untuk menyelesaikan transaksi sesuai dengan tenggat waktu, yakni 21 Februari 2014. Namun, "Kami menghadapi hambatan bahwa harga saham BUMI saat ini hampir sepertiga dari harga pembelian yang disepakati dengan ARMS," jelas Fong seperti dikutip KONTAN.

Sekadar mengingatkan, dalam perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales and purchase agreement (CSPA) antara Bakrie-ARMS Juli 2013 lalu, nilai 29,2 persen saham BUMI disepakati 501 juta dollar AS. Kesepakatan ini membuat nilai 29,2 persen saham BUMI masuk kategori premium. Menurut ARMS, nilai buku 29,2 persen saham BUMI per 31 Desember 2012 "hanya" 372 juta dollar AS. Penundaan beberapa kali itu tentunya membuat skema penyelesaian transaksi menjadi berantakan.

Pada Januari lalu, Bakrie mesti sepakat untuk mentransfer dana yang ada di escrow account ke rekening ARMS. Hal ini akan dilakukan pada 23 Januari 2014.

Dalam ketentuan anyar tersebut, kedua belah pihak sepakat, dana tersebut akan dikembalikan jika Asia Resources melanggar perjanjian jual beli saham alias share sale and purchase agreement yang dinilai material.

Pada perjanjian sebelumnya, ARMS baru bisa menarik dana escrow ketika transaksi selesai. Jumlahnya sebesar 50 juta dollar AS. Dana ini merupakan dana awal yang harus disetor Bakrie sebagai jaminan.

Jika transaksi batal, maka dana akan dikembalikan. Adapun, bank yang ditunjuk untuk menyimpan dana tersebut adalah Deutsche Bank AG, cabang Singapura.

Selain itu, disepakati pula, BUMI tidak menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) sebelum transaksi pemisahan selesai. Termasuk, seperti RUPS yang digelar BUMI pada 20 Desember 2013 dan 10 Januari 2014.

Penundaan penyelesaian transaksi ini turut mempengaruhi perjanjian antara Samin Tan melalui Ravenwood Acquisition Company Limited (RACL) dan Raiffeisen Bank International AG (RBI). "RACL dan RBI tengah dalam pembicaraan untuk memperpanjang ketersediaan pinjaman," jelas manajemen ARMS, pada Januari lalu. (Veri Nurhansyah Tragistina, Yuwono Triatmodjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com