Menanggapi hal tersebut, Ekonom Ryan Kiryanto memandang surplus neraca perdagangan didorong ekspor nonmigas yang relatif meningkat. Sebab, di beberapa negara telah terlihat pemulihan pertumbuhan ekonomi.
"Di beberapa negara-negara asing sudah tumbuh, misalnya di Jepang ekonominya tumbuh, di Tiongkok walau mengalami pelambatan tapi tumbuh 7,5 persen di kuartal I, lalu di Amerika (Serikat) tetap tumbuh walau sedikit, sekitar 0,1 persen dan di Eropa beberapa (negara) sudah lepas dari krisis," kata Ryan di Jakarta, Sabtu (3/5/2014).
Ryan menjelaskan, negara-negara tersebut memang merupakan tujuan ekspor komoditas nonmigas Indonesia. Di samping itu, pengetatan kebijakan moneter dan fiskal membantu menekan impor nonmigas. Namun sayangnya, neraca perdagangan migas masih mencatatkan defisit akibat tingginya impor bahan bakar minyak (BBM).
"Tapi sayangnya impor BBM masih tinggi karena jumlah kendaraan roda dua dan empat bertambah. Impor BBM tidak bisa ditahan. Yang bisa ditahan adalah impor non migas," ujar dia.
BPS melaporkan defisit neraca perdagangan sektor migas disebabkan perdagangan minyak mentah yang mengalami defisit 547 juta dollar AS. Selain itu, perdagangan hasil minyak juga mengalami defisit 2,035 miliar dollar AS.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.