Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha: Kenaikan Tarif Listrik Tidak Rasional

Kompas.com - 02/07/2014, 12:56 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kalangan pengusaha masih belum menerima kebijakan pemerintah menaikkan tarif listrik. Sekjen Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani menegaskan, pengusaha menolak kenaikan tarif tegangan listrik (TTL).

“Karena yang dinaikkan yang produktif. Tetapi yang tidak produktif tidak dinaikkan secara proporsional,” kata Franky dihubungi wartawan, Rabu (2/7/2014).

Franky mengatakan, jika hanya golongan produktif yang tarif listriknya dinaikkan, hal tersebut akan berdampak terhadap pengurangan kapasitas produksi, bahkan sampai penghentian produksi.

Kenaikan tarif listrik juga berakibat pada penundaan investasi atau ekspansi pabrik. Ini akan menyebabkan daya saing industri Indonesia kian rendah.

“Saya mengkritisi pemerintah yang tidak menaikan golongan rumah tangga 450VA dan 900VA yang bayarnya hanya Rp 30.000 dan Rp 60.000 per bulan dan sudah 10-11 tahun tidak naik. Tetapi UMR dalam 5-6 tahun terakhir sudah naik 90 persen sampai 100 persen. Jadi, pemerintah irasional dalam mengambil keputusan,” ujarnya.

Menurut Franky, keputusan menaikkan tarif listrik lebih disebabkan kepanikan pemerintah yang tidak bisa mengelola kewajibannya dalam mengumpulkan pajak. “Sehingga target penerimaannya tidak tercapai. Juga karena kebijakan energi yang tidak rasional,” katanya.

Ditemui terpisah, Direktur Jenderal Kelistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jarman beberapa waktu lalu menuturkan, kenaikan TTL sudah sesuai dengan amanat Undang- undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi serta Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yang menyebutkan subsidi diberikan hanya kepada masyarakat tidak mampu.

“Makanya pemerintah memastikan pelanggan rumah tangga 450 VA dan 900 VA itu masih mendapat subsidi. Toh daya segitu hanya untuk basic need, lampu, televisi, air. Bukan untuk kenikmatan air conditioner,” katanya.

Selain itu, dia juga meminta kepada kalangan industri untuk tidak melemparkan kesalahan faktor biaya tinggi, kepada persoalan listrik. Menurut Jarman, beberapa hal yang menyebabkan biaya produksi tinggi adalah biaya logistik, perizinan-perizinan usaha, dan lainnya. “Karena itu, jangan dijadikan pembenaran untuk menolak kenaikan tarif listrik,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com