Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik yang Digemari Remaja

Kompas.com - 09/08/2014, 22:17 WIB

Kayu tanaman direbus beberapa jam sehingga bisa memunculkan warna seperti jolawe (bahan untuk jamu), warna indigo dari kayu secang dan mahoni, rosela, serta kunyit. Untuk mendapatkan warna berkualitas, kain direbus sekitar dua jam, dicuci, dikeringkan, kemudian dibatik. Pewarna alam, walau bisa luntur, tidak menempel pada kain lain dan tidak akan pudar.

Variasi warna yang dihasilkan oleh bahan pewarna alam kurang begitu banyak, tetapi perajin batik yang kreatif bisa mengatasi dengan melakukan kombinasi.

Menurut Ririn yang juga menimba ilmu corak dan pewarnaan batik di Balai Besar Batik Yogyakarta, harga produk batiknya paling murah Rp 1,5 juta karena kain batik diproses dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) sehingga bukan hanya pencelupan warna yang memakan waktu lama, menenunnya juga butuh waktu.

”Jadi, tidak mungkin diproduksi secara massal karena ada kain batik yang proses sampai bisa dipakai butuh waktu setahun. Soalnya, coraknya rumit dan banyak warna. Faktor ini membuat produk terkesan mahal dan eksklusif,” kata lulusan Universitas Widyagama, Malang, itu.

Karena proses produksi panjang, rata-rata sebulan Ririn hanya bisa memproduksi 200 lembar batik. Batik tulis Jombang ini sudah memiliki pelanggan setia. Pasar produk ini masih sangat terbuka dan kian disegani. Paling penting, bahan baku untuk pewarnaan kain batik masih berlimpah karena umumnya berupa limbah tanpa perlu impor. (Agnes Swetta Pandia)
baca juga: Berkat Rumah Sunatan, Mahdian Jadi Dokter yang Wirausahawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com