Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Waktu yang Tepat untuk Beli Saham?

Kompas.com - 28/03/2015, 09:00 WIB

Dan berakhirlah pembicaraan tersebut.

Selang kurang lebih satu tahun dari hari itu, pasar modal kembali membaik, bahkan dinilai cukup baik, karena pertumbuhan sebesar 150 persen semenjak kejatuhan mulai terjadi pada beberapa saham perusahaan. Berbunyilah kembali telepon saya.

“Ry! Wah, nyesel juga ya nggak beli tahun lalu! Lu enak dong, udah untung?! Sekarang udah naik begini waktunya beli nggak nih?”

Saya pun kembali menjawabnya, “Iya, udah mulai pulih nih, masih punya peluang naik kok, pasar masih cukup kondusif. Malahan ada beberapa yang bisa terus dibeli.”

Teman saya menjawab, “Wah, bukannya sekarang udah kemahalan? Besoklah, kalau turun sedikit, gue mau masuk. Nanti bilang ya, saham apa yang cocok dibeli.”

Pembicaraan itu kembali berakhir, dan waktu pun bergulir. Menjelang akhir tahun itu, pasar sedikit bergejolak akibat kenaikan yang cukup agresif, membuat telepon di saku saya kembali berbunyi, lagi-lagi dari teman saya yang sama.

“Ry! Nah kan, pasar turun sedikit. Apa gue bilang!? Bagus ya beli sekarang?”

Dan kembali saya menjawab, “Oke, oke! Sekarang baik buat dibeli nih. Karena pasar turun, jadi ada waktu untuk memilih saham bagus yang ikut turun.”

Kembali dijawab, “Tapi kalau ternyata pas dibeli tambah turun? Ini naiknya udah tinggi banget dibanding tahun lalu loh? Elu optimis banget bisa naik lebih tinggi.”

Saya menjawab, “Ya, namanya orang punya saham. Yang optimis dong pasar bisa tumbuh.”

Telepon terakhir dari teman saya ini berakhir dengan, “Nanti kalau udah naik sedikit baru gue beli.” Dan akhirnya, pasar kembali naik, hingga hari ini menyentuh Indeks Harga  Saham Gabungan di atas Rp5.000. Dan teman saya tidak lagi menghubungi saya pada saat pasar naik maupun turun.

Dari pengalaman saya tadi, memang jelas bahwa konsistensi akan jauh lebih baik daripada ketepatan.

Saya berani menggaransi bahwa tidak ada satu pun pelaku pasar yang benar-benar berani memberikan jaminan bahwa pasar akan bergerak ke arah tertentu, apalagi bisa memberikan rekomendasi waktu yang tepat untuk membeli saham.

Karena itu, saya berkesimpulan bahwa waktu yang tepat untuk membeli saham adalah ketika Anda membeli saham itu sendiri.

Masalah saham itu akan bertumbuh atau berkembang, itu bergantung pada apa yang Anda pilih dan konsistensi Anda.

Salam Investasi untuk Indonesia.

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market. Ryan juga baru saja menerbitkan dua seri buku baru yang berjudul Bandarmology dan investasi pada properti Rich Investor from Growing Investment. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com