Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Skema Investasi Berbentuk Piramida Merugikan?

Kompas.com - 05/06/2015, 09:00 WIB

Memang, ada beberapa varian aturan arisan yang berkembang. Misalnya, peserta arisan yang ingin mengajukan diri sebagai pembawa pulang uang tanpa melalui undian akan dikenakan penalti. Ada juga aturan soal dana arisan dengan jumlah cukup besar yang didepositokan terlebih dahulu sehingga ada hasil lebih besar dari yang disetorkan.

Namun, semua itu tidak bisa memberikan sebuah hasil arisan yang berlipat-lipat puluhan persen dari yang disetorkan.

Bila Anda juga mengenal multilevel marketing atau MLM, skema tersebut juga memasarkan barangnya secara berjenjang, yakni dari satu orang ke orang lain yang akan mendapatkan hasil atas penjualan.

Memang sepintas ada orang yang berasumsi bahwa MLM adalah sebuah pemasaran piramida. Namun, saya lebih berpendapat bahwa, meskipun bersistem piramida atau berjenjang, MLM memiliki barang yang diperjualbelikan. Barang yang ditawarkan MLM memiliki selisih harga yang lebih mahal dibandingkan barang sejenisnya sehingga perusahaan MLM mampu memberikan keuntungan kepada anggota yang memasarkan produknya.

Sementara itu, yang sangat berbahaya adalah bila skema piramida hanya menawarkan uang Anda bertumbuh tanpa sebuah konsep perdagangan yang dapat memproduksi keuntungan yang masuk akal.

Biasanya, dalam skema piramida, Anda juga didorong untuk memasarkan skema tersebut kepada orang lain dengan keuntungan yang menggiurkan sehingga tampak sangat bodoh bila kita tidak turut menerapkannya.

Saya tidak mengatakan bahwa sesuatu yang tampak tidak masuk akal semuanya masuk dalam sebuah skema berujung penipuan. Pasalnya, banyak hal terbaik di dunia hingga hari ini diawali dengan hal yang "tidak masuk akal". Meski begitu, sebuah usaha yang jelas-jelas identik dengan kasus-kasus penipuan dengan skema piramida lebih baik dihindari.

Anda bukan sedang berinvestasi ketika sedang bergabung dalam skema itu. Sebaliknya, Anda sedang berspekulasi atau berjudi dengan waktu, apakah uang Anda kembali lebih dulu atau skemanya yang akan runtuh terlebih dahulu.

Bila Anda ingin mengenal lebih jauh skema-skema penipuan di dunia investasi, Anda juga bisa membaca buku yang telah saya tulis mengenai potret dunia gelap investasi di Indonesia, berjudul Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi.

Salam investasi untuk Indonesia

dok pribadi Ryan Filbert

Ryan Filbert
merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, Forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment. Pada tahun 2015, Ryan Filbert menerbitkan dua buku terbaru berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia. Harapan besar Ryan adalah memberikan sebuah jalan terang bagi edukasi mengenai investasi agar semakin banyak orang Indonesia yang melek dunia investasi dan keuangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com