Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Diterpa Krisis, Akankah seperti 1997-1998?

Kompas.com - 27/08/2015, 12:11 WIB


Performa Malaysia terburuk
Saat ini, Malaysia dinilai sebagai negara dengan performa terburuk di Asia. Hal itu dapat dilihat dari pergerakan mata uang mereka. Siang ini, misalnya, ringgit melorot ke level terendah dalam 17 tahun terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.43 waktu Kuala Lumpur, ringgit terdepresiasi hingga 0,8 persen menjadi 4,2485 per dollar AS.

Bahkan, pada transaksi sebelumnya, nilai tukar ringgit berada di level 4,2990, level terendah sejak Juli 1998 silam. Jika dikalkulasikan, sepanjang 2015, pelemahan ringgit sudah mencapai 18 persen.

Otot mata uang negeri jiran ini kian melemah akibat kecemasan mengenai pendanaan dari perusahaan investasi asing ke negara itu di tengah skandal politik yang kian memperburuk outlook perekonomian Malaysia. Business Times Singapura yang mengutip sumber anonim melaporkan, perusahaan investasi dari Abu Dhabi, yakni International Petroleum Investment Co (IPIC), kemungkinan besar akan menarik rencananya untuk membantu restrukturisasi utang 1Malaysia Development Bhd (1MBD) senilai 3,5 miliar dollar AS. Meski demikian, 1MBD menegaskan bahwa hal tersebut masih dirundingkan.

Bahkan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan Tiongkok untuk kali kelima sejak November gagal mengangkat performa ringgit.

"Pelemahan ringgit kemungkinan dipicu oleh berita yang mengabarkan IPIC dari Abu Dhabi akan menarik bantuannya dari restrukturisasi utang 1MDB. Jika itu terjadi, 1MDB akan sulit menyelesaikan utangnya sehingga akan meningkatkan risiko investasi Malaysia," papar Nizam Idris, Head of Foreign Exchange and Fixed Income Strategy Macquarie Bank Ltd.

Sebelumnya, Komisi Anti-korupsi Malaysia mengeluarkan pernyataan pada 3 Agustus lalu bahwa Perdana Menteri Najib Tun Razak telah menerima dana senilai 2,6 miliar ringgit atau setara 608 juta dollar AS dari donor.

Selain itu, investor asing sudah menarik dananya dari pasar saham pada tahun ini dengan nilai mencapai 3 miliar dollar AS. Di sisi lain, jumlah investor asing yang memegang surat utang Malaysia jatuh ke level terendah dalam tiga tahun terakhir pada Juli.

Perekonomian Malaysia juga terpukul sentimen kemerosotan harga minyak dunia. Pasalnya, penurunan harga minyak Brent pada awal tahun ini memukul pendapatan pengekspor minyak Malaysia. Tak hanya itu, penurunan harga crude palm oil (CPO) sebesar 16 persen juga memberikan sentimen negatif pada ekonomi Malaysia yang merupakan negara kedua terbesar dunia sebagai produsen CPO.

"Berita mengenai IPIC Abu Dhabi dapat membuyarkan rencana restrukturisasi utang 1MDB dan menjadi sentimen paling utama bagi ringgit. Kondisi bertambah buruk dengan lemahnya harga komoditas, khususnya minyak mentah dan CPO," ujar Khoon Goh, strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com