Hal ini terkait dengan membanjirnya produksi minyak yang menyebabkan harga minyak jatuh.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Minyak Arab Saudi Ali Al-Naimi berbincang dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
Menurut Al-Naimi, Qatar dan Venezuela yang merupakan produsen minyak terbesar juga setuju untuk berpartisipasi.
Lebih dari setahun sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan akan memangkas produksi untuk menggenjot harga minyak, tetap saja harga emas hitam tersebut 70 persen di bawah harga puncaknya pada tahun 2014.
Pasokan tetap melebihi permintaan dan akhirnya harga minyak tetap berpotensi untuk menyentuh di bawah 20 dollar AS per barel.
"Penahanan produksi minyak tidak akan segera mengembalikan harga ke kondisi semula, namun menciptakan dasar yang lebih baik untuk perbaikan harga di paruh kedua 2016," kata Olivier Jakob, managing director Petromatrix GmBh.
Persetujuan untuk menahan produksi minyak ini muncul setelah kompetisi perebutan pasar selama berbulan-bulan antara Rusia dan Arab Saudi.
Arab Saudi menjual minyak ke Eropa Timur, sementara Rusia menyalip Arab Saudi dalam ekspor minyak ke China.
Menurut data IEA, Arab Saudi memproduksi 10,2 juta barel minyak per hari pada Januari 2016 lalu, lebih rendah dari puncaknya pada bulan Juni 2015 yang mencapai 10,5 juta barel per hari.
Adapun Rusia memproduksi hampir 10,9 juta barel per hari pada periode yang sama.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.