"Biaya perawatan untuk satu mesin ATM saja bisa mencapai Rp 144 juta per tahun," keluh Jahja usai paparan kinerja BCA di Jakarta, Kamis (3/3/2016).
Menurut dia, biaya depresiasi mesin ATM yang harganya 20.000 dollar AS, bisa mencapai Rp 200 juta per bulan.
Ditambah lagi, saat ini belum ada mesin ATM buatan lokal. Sehingga, penambahan mesin ATM hanya dilakukan ketika nilai tukar rupiah melorot. Hal itu tentu saja makin menambah beban pihak bank.
"Itu sebabnya semakin lama, ATM itu menjadi barang mahal bagi bank," jelas Jahja.
Atas dasar itu, BCA akan mendorong nasabahnya untuk beralih menggunakan layanan berbasis internet untuk keperluan transaksi perbankan.
Jahja juga merevisi rencana penambahan ATM BCA. Seeblumnya, BCA akan menambah 2.759 unit ATM sampai akhir tahun ini. "Yah, tapi lihat situasi kayak begini, ya (menambah) 500-1.000 mesin ATM saja, sehingga lebih efisien," kata dia.
Rencana Jahja untuk menurunkan jumlah ATM baru tahun ini seiring dengan instruksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menurunkan bunga pinjaman menjadi single digit di akhir tahun ini.
Dengan melakukan efisiensi pada ATM, maka overhead cost akan turun sehingga BCA bisa memenuhi permintaan OJK tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.