Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang, Industri Jamu Hadapi Dua Tantangan

Kompas.com - 30/03/2016, 19:35 WIB

KOMPAS.com - Raut wajah Masyhari memancarkan kesan optimistik tatkala membicarakan perkembangan industri jamu. Pria kelahiran Demak 9 Juni 1962 ini lancar berbicara mengenai industri yang digelutinya sejak dirinya duduk di bangku kelas 3 SMA di Jakarta. Sejak 2011 sampai dengan 2015, Masyhari adalah Ketua Pengurus Harian Gabungan Pengusaha (GP) Jamu DKI Jakarta. Tahun ini, dia didapuk menjadi Ketua Panitia Musyawarah Daerah (Musda) V GP Jamu DKI pada Rabu (30/3/2016).

Ihwal industri jamu, lanjutnya dalam perbicangan dengan Kompas.com hari ini, tantangan pertama adalah di bidang pemasaran. "Membuat bahasa iklan menjadi sangat menarik itu sulit dan berat," kata orang nomor satu di PT Hari Fatma, perusahaan pembuat jamu yang berbasis di Jakarta.


Josephus Primus Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu DKI Jakarta periode 2011-2015 Masyhari

Ia memberi contoh jamu kesehatan stamina pria produknya. "Kalau bahasanya iklannya cuma (mencantumkan) 'hanya untuk pria', tentu enggak menarik," akunya.

Di samping itu, masih terkait dengan bidang pemasaran, industri jamu, dalam pandangan Masyhari, mesti giat beriklan ke berbagai media. "Belanja iklan harusnya antara 20 persen sampai dengan 25 persen dari penjualan," tuturnya.

Peraturan

Tantangan berikutnya adalah masalah peraturan. Masyhari menyoroti fungsi pemerintah mengenai masalah ini. Apalagi, dengan kenyataan bahwa mayoritas dari 1.200 perusahaan jamu nasional masuk dalam kategori usaha menengah ke bawah. Pasar produk industri jamu pun, kata Masyhari juga kebanyakan kalangan menengah ke bawah.

Ia memberi contoh pengalaman hidupnya saat kali pertama menjual produk. Waktu itu, sekitar 1980-an, produk yang sudah dilemparnya ke pasaran Ibu Kota, justru disita oleh pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Alasannya, produksinya itu tak memiliki izin.

Berkenaan dengan peraturan itu, Masyhari mengimbau pemerintah agar membuat aturan yang sifatnya memberi keleluasaan bagi bisnis jamu. Pasalnya, dengan cara itu, pelaku usaha di bidang jamu bisa berkembang menjadi sosok pebisnis yang tangguh. "Kalau dua persen dari penduduk Indonesia bisa menjadi pebisnis, Indonesia akan maju," tuturnya.

Masyhari juga mengingatkan bahwa industri jamu dalam usahanya sudah memberikan sumbangan pendapatan bagi negara hingga Rp 15 triliun. Industri jamu juga sudah mampu menyerap banyak tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Dengan nilai-nilai tambah ini, Masyhari berharap pemerintah memberi perhatian lebih besar agar industri jamu tidak terancam kebangkrutan lantaran terbebani oleh banyaknya peraturan.  

Josephus Primus Jamu Kopel produksi perusahaan jamu Hari Fatma Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com