Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Kelautan, Hal yang Tidak Lagi Dapat Diabaikan

Kompas.com - 08/04/2016, 17:32 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Karena 70 persen planet kita terdiri dari lautan, banyak negara-negara di dunia yang mengandalkan sektor perikanan, transportasi, keamanan laut, pariwisata, minyak dan gas serta energi terbarukan.

Selain itu, 90 persen perdagangan dunia dilaksanakan melalui lautan. Artinya, pentingnya ‘ekonomi biru’ tidak dapat diabaikan.

Firma assurance, advisory dan pajak PricewaterhouseCoopers (PwC) telah meluncurkan hasil riset terbaru berjudul "Circumnavigation: An integrated approach to the economy of the sea".

Riset ini untuk membantu kita memahami isu-isu tersebut dengan lebih baik, potensi besar dan sumberdaya laut dunia yang belum terjangkau.

Selama 10 tahun terakhir, PwC telah menilai penggunaan laut sebagai bagian dari proyek internasional jangka panjang bernama HELM.

Temuan penelitian mendalam dan hasil pengumpulan data yang terangkum dalam laporan ini menunjukkan mengapa pendekatan terintegrasi adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan pembangunan ekonomi kelautan.

Tiga unsur penting yang dibutuhkan untuk melaksanakan pendekatan terintegrasi telah teridentifikasi, yaitu: kerangka kerja yang tepat, SDM yang tepat, dan teknologi serta peralatan yang tepat.

Laporan PwC ini juga menjabarkan berbagai tantangan seputar ekonomi kelautan termasuk skala waktu. Sebab, skala waktu kelautan tidak lagi dapat ditolerir oleh dunia digital serta memberikan gambaran sekilas kondisi industri maritim saat ini dan negara-negara maritim.

Lebih penting lagi, laporan ini mengangkat kurangnya kesadaran dunia tentang skala peluang seputar ekonomi biru, yang berarti bahwa investasi pada sektor ini berperingkat rendah pada skala prioritas, baik oleh pemerintah maupun oleh dunia usaha.

“Namun keunggulan pemikiran biru sangatlah jelas,” kata Miguel Marques, yang memimpin proyek pemikiran kepemimpinan PwC, Economy of the Sea, melalui paparannya ke Kompas.com.  

“Pemikiran biru merupakan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Pemikiran tersebut meningkatkan pertumbuhan dan lapangan kerja, dan memacu inovasi serta memungkinkan negara maju untuk mendapatkan nilai lebih dari zona maritim mereka, dan membuka peluang baru bagi negara berkembang.”

Beberapa negara telah mengungguli yang lain, menjadi pionir pendekatan yang terintegrasi dan holistik bagi ekonomi biru mereka; dan HELM dirancang untuk membantu pemerintah, industri, pembuat kebijakan dan masyarakat pesisir untuk bergerak menuju pendekatan terintegrasi yang menjadi tujuan.

Kompas TV Waspada Bajak Laut


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com